Thursday, August 10, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Komunike* Kanguru


Cerpen haruki murakami komunike kanguru


Hai apa kabar?

Pagi ini saya ke kebun binatang dekat rumah untuk melihat kanguru. Bukan kebun binatang yang besar, tapi entah bagaimana mereka berhasil mengumpulkan hampir semua jenis binatang - mulai dari gorila hingga gajah. Tetapi jika apa yang Anda cari adalah seekor llama atau trenggiling, maka Anda sebaiknya tidak pergi ke sana. Tidak ada llama maupun trenggiling. Juga tidak ada impalas ataupun hyena. Bahkan macan tutul.

Akan tetapi, mereka punya empat kanguru.

Salah satunya masih bayi, lahir dua bulan lalu. Dan ada satu jantan dan dua betina. Entah bagaimana struktur keluarga empat kanguru ini.

Setiap kali melihat kanguru, saya selalu merasa aneh memikirkan bagaimana rasanya menjadi salah satu dari mereka. Untuk apa mereka melompat-lompat di sekitar tempat konyol seperti Australia? Hanya untuk dibunuh dengan tongkat canggung semacam bumerang?

Saya sungguh tidak mengerti.

Tapi, ya sudahlah. Toh bukan masalah besar.

Pokoknya, ketika sedang melihat kanguru saya mendapati diri saya ingin mengirimi Anda surat.

Anda mungkin berpikir ini agak aneh. Mungkin Anda akan bertanya-tanya, “Mengapa kamu ingin mengirimiku surat setelah melihat kanguru? Apa hubungannya kanguru denganku?" Tapi tolong jangan terlalu merisaukannya. Tidak ada apa-apa. Kanguru adalah kanguru dan Anda adalah Anda.

Maksud saya begini:

Ada 36 langkah rumit antara kanguru dan Anda, dan kalau saya ikuti langkah-langkah ini satu per satu dalam urutan yang benar, saya akan sampai di tempat Anda berada. Hanya itu yang bisa saya katakan. Bahkan seandainya saya mencoba menjelaskan semua langkah ini satu per satu, saya tidak yakin Anda bisa mengerti dan lagipula saya sendiri bahkan tidak bisa mengingatnya.

Karena semuanya ada 36!

Seandainya satu saja dari langkah-langkah ini kacau, saya tentu tidak akan mengirimi Anda surat ini. Bisa saja, saya malah tiba-tiba memutuskan berada Samudera Antartika meluncur di punggung paus sperma. Atau mungkin saja saya justru membakar kios rokok di dekat sini.

Nah, dipandu oleh susunan 36 kebetulan ini, di sinilah saya, mengirimi Anda surat.

Aneh, bukan?


*


Baiklah, kalau begitu, biar saya memperkenalkan diri dulu.


*


Usia saya 26 tahun, dan bekerja di bagian kontrol produk di sebuah pusat perbelanjaan. Ini--seperti yang pasti dapat Anda bayangkan dengan mudah--pekerjaan yang sangat membosankan. Pertama, kami memeriksa barang-barang yang dibeli oleh bagian pembelian guna melihat apakah ada cacat. Kami melakukan ini untuk memastikan tidak ada kolusi antara bagian pembelian dan pihak pemasok, tetapi sebenarnya, ini adalah pekerjaan yang cukup longgar. Beberapa sentuhan pada gesper sepatu sambil berbincang-bincang, beberapa gigitan pada permen sampel—itu saja. Hanya begitulah yang dimaksud dengan kontrol produk.

Dan satu pekerjaan lagi, sebenarnya pekerjaan utama kami, yaitu menanggapi keluhan pelanggan. Katakanlah, misalnya, dua pasang stocking baru keduanya timpang, atau mainan beruang yang jatuh dari meja dan tidak berfungsi lagi, atau jubah mandi menyusut seperempat setelah dicuci pertama kali. Jenis keluhan semacam itu.

Anda mungkin tidak sadar, tapi jumlah keluhan ini sangatlah banyak. Cukup untuk membuat empat staf berlarian kesana-kemari seperti orang gila, hari demi hari. Beberapa keluhan bisa dibenarkan, dan beberapa memang keterlaluan. Dan ada juga yang sulit ditempatkan di kedua kelompok itu.

Supaya memudahkan, kami mengelompokkan keluhan-keluhan itu menjadi tiga kategori; A, B, dan C. Di tengah ruangan ada tiga kotak besar berlabel A, B, dan C, dan kami melemparkan surat-surat ke dalamnya. Kami menyebutnya "Tiga Tingkat Akal Sehat". Ini hanya lelucon internal kami. Tolong jangan terlalu dipikirkan.

Pokoknya, tiga kategori itu adalah sebagai berikut:

A. Keluhan masuk akal. Kasus-kasus di mana perusahaan kami harus bertanggung jawab. Kami mengunjungi rumah pelanggan dengan membawa kotak-kotak permen dan menukar barang yang dipermasalahkan.

B. Kasus-kasus garis batas, di mana perusahaan kami tidak dapat disalahkan, baik secara moral, hukum, atau berdasar praktik bisnis standar. Agar tidak merusak reputasi toko, dan untuk menghindari masalah yang tidak perlu, kami mengambil tindakan yang sesuai.

C. Kelalaian pelanggan. Jika jelas kesalahan pelanggan, kami memberikan penjelasan tentang situasinya dan membiarkannya begitu saja.

Sekarang, mengenai keluhan Anda beberapa hari yang lalu, kami mempertimbangkan masalah ini dengan serius dan pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa keluhan Anda hanya dapat diklasifikasikan sebagai kategori C. Alasan kami tidak bisa menukarnya adalah—siap? dengarkan baik-baik! (1) piringan hitam itu sudah dibeli (2) sudah satu minggu lewat (3) tanpa struk pembelian. Ke penjuru dunia manapun Anda pergi, Anda tidak akan bisa menukarnya. 

Apakah Anda paham apa yang saya katakan?

Itu saja penjelasan formal saya. Keluhan Anda ditolak.


*


Namun, terlepas dari formalitas--yang mana sebenarnya selalu saya lakukan--reaksi pribadi saya terhadap keluhan Anda--bahwa Anda dengan kelirunya membeli Brahms bukannya Mahler--adalah sebuah simpati yang tulus. Ini tidak bohong. Dan itulah tepatnya mengapa alih-alih memo kantor ala kadarnya, saya justru mengirimi Anda pesan intim semacam ini, dalam arti tertentu.


*


Sejujurnya, seminggu terakhir ini saya sudah berulang kali mencoba menulis surat untuk Anda. "Kami menyesal memberitahu Anda bahwa kebijakan perusahaan kami tidak membolehkan menukar kembali piringan hitam yang sudah dibeli, meskipun surat Anda sudah membuat saya tersentuh, dan secara pribadi... bla, bla, bla." Surat seperti itu. Namun saya tidak pernah berhasil menulisnya dengan baik. Bukannya saya tidak pandai menulis surat. Hanya saja, setiap kali saya berpikir menulis untuk Anda, pikiran saya justru jadi kosong, dan kata-kata yang keluar selalu tidak tepat. Ini hal yang aneh.

Jadi saya memutuskan untuk tidak merespon sama sekali. Daripada saya mengirimi Anda surat yang tidak lengkap, lebih baik tidak usah sama sekali. Bukankah begitu? Begitulah menurut saya. Pesan yang dokomunikasikan dengan tidak sempurna layaknya jadwal kereta yang kacau.

Tetapi pagi ini, seolah dituntun oleh takdir, di depan kandang kanguru, saya mengalami akumulasi 36 kebetulan tersebut dan mendapat ilham. Inilah prinsip yang akan kita sebut ketidaksempurnaan agung.

Nah, apa itu ketidaksempurnaan agung? barangkali Anda akan bertanya-tanya--memangnya siapa yang tidak? Yah, sederhananya, itu mungkin semacam seseorang pada dasarnya memaafkan orang lain. Saya memaafkan kanguru, kanguru memaafkan Anda, Anda memaafkan saya-cuma sebagai contoh.

Ehemmm.

Namun, siklus semacam ini tidak permanen; suatu hari kanguru mungkin tidak ingin memaafkan Anda. Tapi jangan marah pada kanguru hanya karena ini. Itu bukan kesalahan kanguru ataupun Anda. Dan itu juga bukan salah saya. Kanguru juga memiliki alasan yang sangat rumit untuk itu. Memangnya siapa yang bisa mengkritik kanguru?

Jadi satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah menangkap peluang ini secepatnya. Menangkap momen ini secepat mungkin dalam sebuah foto langsung jadi. Di sana, di tengah foto, dari kiri ke kanan: Anda, kanguru, saya.

Saya menyerah mencoba menuliskannya. Mau bagaimanapun, tulisannya selalu terasa tidak tepat. Misal, jika saya menulis kata "kebetulan", apa yang Anda rasakan dari kata "kebetulah" ini mungkin sama sekali berbeda-atau bahkan berkebalikan-dengan apa yang saya rasakan dari kata tersebut. Ini tidak adil, jika boleh saya katakan. Saya hanya tersisa celana dalam, sementara Anda cuma melepas tiga kancing blus. Ini sungguh tidak adil.

Oleh karenanya saya membeli kaset pita, dan memutuskan merekam surat untuk Anda itu secara langsung. 


[Bersiul. Delapan baris “The Colonel Bogey March.”]


*


Cek, Anda bisa dengar saya?


*


Saya tidak yakin bagaimana perasaan Anda ketika menerima surat ini--maksud saya kaset. Saya bahkan tidak bisa membayangkan. Mungkin Anda akan sangat kesal. Kenapa? ... Karena sangat tidak biasa bagi seorang karyawan kontrol produk di sebuah pusat perbelanjaan untuk merespon keluhan pelanggan dengan rekaman kaset pita—dengan pesan personal pula! Dan jika dilihat dari sudut pandang Anda, ini tentunya benar-benar bodoh. Seandainya Anda sangat marah, sampai-sampai Anda mengirim rekaman ini kembali ke bos saya, itu akan menempatkan saya dalam posisi yang sangat sulit di kantor.

Tapi jika itulah yang Anda ingin lakukan, silakan lakukan.

Jika itu terjadi, saya tidak akan marah atau membenci Anda.

Cukup jelas? Kita punya hak yang sama 100%: Saya punya hak untuk mengirimkan surat kepada Anda dan Anda punya hak untuk mengancam mata pencaharian saya.

Bukankah begitu?

Kita berada pada posisi yang sama. Ingatlah itu.


*


Oh, benar, saya lupa memberitahu Anda. Saya menamai surat ini dengan “Komunike Kanguru.”

Maksud saya, semuanya butuh nama, bukan?

Sebagai contoh, Anda mencatat di buku harian. Alih-alih menulis sesuatu yang panjang dan berbelit-belit seperti "Hari ini aku menerima jawaban untuk keluhanku dari karyawan kontrol produk pusat perbelanjaan," Anda cukup menulis "Hari ini aku menerima 'Komunike Kanguru'". Dan itu nama yang menarik, bukan? Komunike Kanguru: Anda akan membayangkan seekor kanguru melompat-lompat dari padang rumput yang jauh, datang menghampiri Anda, dengan sepucuk surat di kantongnya.

[Tap tap tap (bunyi meja dipukul)]

Sekarang sedikit ketukan.

[Tok tok tok]

Anda bisa dengar?

Jangan membuka pintu jika Anda tidak mau. Tidak apa-apa. Jika Anda tidak ingin mendengarkan lagi, tolong hentikan rekaman ini dan lempar ke tempat sampah. Saya hanya ingin duduk sebentar di luar pintu Anda dan berbicara sendiri, itu saja. Saya sama sekali tidak tahu apakah Anda mendengarkan saya atau tidak. Karena saya tidak tahu, maka tidak masalah apakah Anda mendengarkan atau tidak, iya kan? Ha ha ha.


*


Oke, bodoh amat lah, ayo kita lakukan.


***


Namun tetap saja, urusan ketidaksempurnaan ini cukup merepotkan. Siapa sangka bicara di depan mikrofon tanpa naskah atau rencana begini akan sangat sulit. Saya merasa seolah sedang berdiri di tengah padang pasir sambil menyiram air ke sekeliling dengan cangkir. Tidak ada yang bisa dilihat dan tidak ada respon.

Itulah sebabnya selama ini saya bicara pada meteran VU. Anda tahu, meteran VU? Alat dengan jarum yang bergerak mengikuti volume? Saya tidak tahu apa arti V atau U ini, tetapi apapun itu, mereka adalah satu-satunya hal yang menunjukkan reaksi terhadap bualan saya.

Hei, hei.

Namun demikian, kriteria mereka sungguh sangat sederhana.

V dan U ini seperti, yah, sepasang pelawak. Jika bukan V, maka U, jika bukan U, maka V. Sungguh dunia yang indah. Tidak ada bedanya bagi mereka apapun yang saya omongkan. Yang mereka minati hanyalah seberapa banyak suara saya membuat udara bergetar. Itu saja. Bagi mereka, karena udaranya bergetar, saya ada.

Bukankah itu hebat?

Ketika saya melihat mereka, saya merasa ingin mengatakan sesuatu, hanya supaya terus berbicara.

Hahhh...

Itu membuat saya teringat. Belum lama ini saya menonton film yang sangat menyedihkan. Film itu tentang seorang pelawak yang tidak bisa membuat siapa pun tertawa, tidak peduli lelucon apapun yang dia lontarkan. Paham maksud saya? Tidak ada satu jiwa pun yang akan tertawa.

Nah, berbicara dengan mikrofon seperti sekarang ini, tiba-tiba saya ingat film itu.

Semua ini sungguh aneh.

Kalimat yang sama yang diucapkan oleh seseorang membuat Anda mati terpingkal-pingkal, tetapi ketika diucapkan oleh orang lain sama sekali tidak lucu. Aneh bukan? Semakin saya memikirkannya, saya menjadi yakin bahwa perbedaan itu adalah bawaan sejak lahir. Maksud saya, coba lihat, setengah lingkaran daun telinga Anda melengkung sedikit lebih lebar dibanding orang lain, kira-kira seperti itu.

Terkadang saya berpikir alangkah bahagianya seandainya saya punya bakat itu. Saya selalu terpingkal-pingkal sendiri ketika sesuatu menggelitik saya, tetapi saat mencoba mengatakannya kepada orang lain, itu menjadi tidak lucu sama sekali. Ini membuat saya merasa seperti Manusia Pasir Mesir. Lebih lagi, ini...

Sebentar, Anda tahu tentang Manusia Pasir Mesir?

Hmm, baiklah, begini, Manusia Pasir Mesir lahir sebagai pangeran Mesir. Dahulu kala, zaman ketika ada piramida dan sphinx dan semuanya itu. Tetapi karena wajahnya jelek--maksud saya, benar-benar jelek--raja memerintahkan dia diasingkan jauh di dalam hutan. Dan apa yang terjadi selanjutnya adalah dia dibesarkan oleh serigala, atau mungkin monyet. Anda tahu lah, cerita-cerita semacam itu. Lalu entah bagaimana, dia menjadi Manusia Pasir. Apapun yang disentuh Manusia Pasir berubah jadi pasir. Angin berubah jadi badai pasir, sungai jadi aliran pasir, dan padang rumput berubah jadi gurun pasir. Begitulah kisah Manusia Pasir. Pernah dengar sebelumnya? Belum pernah, kan? Itu karena saya baru saja mengarangnya. Ha ha ha.

Ngomong-ngomong, ngobrol dengan Anda seperti ini bikin saya merasa seperti jadi Manusia Pasir. Semua yang saya sentuh berubah jadi pasir, pasir, pasir, pasir, pasir, pasir....


***


Entah bagaimana, saya terlalu banyak membicarakan diri sendiri. Tapi kalau dipikir-pikir, itu memang tidak bisa dihindari. Karena saya tidak tahu apa-apa tentang Anda. Yang saya tahu tentang Anda adalah nama dan alamat Anda, itu saja. Saya tidak tahu berapa usia Anda, berapa penghasilan Anda setahun, bagaimana bentuk hidung Anda, apakah Anda gemuk atau kurus, sudah menikah atau belum. Tapi itu tidak penting. Bahkan mungkin lebih baik saya tidak tahu. Saya ingin menangani semuanya secara sederhana, sesederhana mungkin, secara metafisik.

Maksud saya adalah, saya punya surat keluhan Anda di sini.

Hanya itu yang saya butuhkan.

Sama seperti ahli zoologi mengumpulkan sampel kotoran di hutan untuk menyimpulkan kebiasaan makan dan pola aktivitas gajah serta bobot dan kehidupan seksnya, surat Anda memberi saya cukup informasi. Saya sebenarnya bisa merasakan seperti apa Anda sebagai pribadi. Tentu saja, tanpa penampilan Anda, jenis parfum yang Anda kenakan, detail seperti itu. Akan tetapi, diri Anda secara hakiki.

Surat Anda, jujur, sangat menarik. Pilihan kata-kata Anda, tulisan tangan, tanda baca, spasi antara baris, retorika—semuanya sempurna. Mungkin bukan luar biasa. Tetapi sempurna, ya.

Setiap bulan saya membaca lebih dari 500 surat, tetapi jujur, ini pertama kalinya saya membaca satu surat yang membuat saya benar-benar tergerak. Saya diam-diam membawa pulang surat Anda dan membacanya berulang kali. Kemudian saya menganalisis surat Anda secara menyeluruh. Karena surat Anda begitu pendek, tidak ada masalah sama sekali.

Saya menemukan banyak hal setelah menganalisisnya. Pertama-tama, jumlah koma yang luar biasa banyaknya. Untuk setiap titik ada rata-rata 6,36 koma. Banyak sekali, kan? Bukan itu saja. Cara koma digunakan benar-benar bertentangan dengan semua aturan.

Dengar, tolong jangan berpikir saya mengolok-olok tulisan Anda. Karena saya hanya tergerak.

Tergerak.

Dan bukan hanya tanda koma. Setiap bagian surat Anda—sampai setiap noda tinta—semuanya membangkitkan saya, semuanya menggetarkan saya.

Mengapa?

Karena, dalam analisis akhir, dalam kalimat-kalimat itu Anda tidak dapat ditemukan. Tentu ada cerita di dalamnya. Seorang gadis-atau seorang wanita-salah membeli piringan hitam. Meskipun ia merasa ada lagu yang janggal di sana, ia tetap membelinya, dan tepat satu minggu kemudian barulah ia sadar kalau piringan hitam yang dibelinya ternyata salah. Petugas penjualan tidak mau menukarnya. Jadi ia menulis surat keluhan. Itulah ceritanya.

Saya harus membaca surat Anda tiga kali sebelum saya mengerti cerita itu. Alasannya adalah, surat Anda sama sekali berbeda dari surat-surat lain yang pernah kami terima. Sederhananya, bahkan tidak ada keluhan dalam surat Anda. Juga tidak ada emosi. Satu-satunya yang ada ... adalah cerita itu sendiri.

Sungguh, Anda bikin saya penasaran. Saya tidak tahu apakah surat Anda dimaksudkan sebagai keluhan, pengakuan, pernyataan, atau mungkinkah surat ini dimaksudkan untuk menyampaikan suatu tesis? Surat Anda mengingatkan saya pada foto berita tentang pembantaian. Tanpa keterangan, tanpa artikel, hanya foto. Foto mayat-mayat yang berserakan di pinggir jalan di suatu negara di suatu tempat.

Saya bahkan tidak tahu apa yang Anda inginkan. Surat Anda seperti kerumitan campur aduk dari sarang semut darurat, tanpa petunjuk di mana ujungnya. Sungguh luar biasa.

Bang bang bang ... begitulah pembantaian Anda.

Itu benar, mari kita sederhanakan lebih lanjut. Membuatnya jadi sangat sangat sederhana.

Maksud saya adalah, surat Anda menggairahkan saya secara seksual.

Sekarang Anda paham kan maksud saya.


*


Ayo kita membahas tentang seks.

[Tok tok tok]


*


Ketukan pintu lagi.

Jika Anda tidak tertarik, silakan matikan kasetnya. Saya akan ngobrol sendirian dengan meteran VU. Bla bla bla.

Oke?


*


Bayangkan ini: Kaki depan pendek dan punya lima jari, sedangkan kaki belakang yang sangat besar punya empat jari. Cuma jari keempat yang sepenuhnya berkembang. Jari kedua dan ketiga sangat kecil dan menyatu... Ini adalah deskripsi tentang kaki kanguru. Ha ha ha.

Baiklah, beralih ke topik seks.


*


Sejak saya membawa pulang surat Anda, yang ada di pikiran saya hanyalah tidur dengan Anda. Ke kasur dengan Anda di samping saya, ketika saya bangun di pagi hari Anda masih di sana. Ketika saya membuka mata, Anda sudah bangun dan saya bisa mendengar suara ritsleting gaun yang Anda kancingkan. Saya akan berada di sana—dan Anda tahu kan betapa halusnya ritsleting gaun? Saya hanya akan menutup mata dan berpura-pura tidur. Saya bahkan tidak akan melihat Anda. Setelah Anda melewati ruangan dan menghilang ke kamar mandi, baru saya akan membuka mata. Saya kemudian makan dan pergi kerja.

Di tengah malam yang gelap gulita--Saya sudah memasang tirai khusus di jendela untuk membuatnya seperti itu--dan tentu saja saya tidak bisa melihat wajah Anda. Saya tidak akan tahu usia atau berat badan Anda, atau apa pun. Sehingga saya juga tidak akan menyentuh tubuh Anda dengan tangan saya.

Tapi, yah ... tidak apa-apa.

Terus terang, tidak masalah apakah saya berhubungan seks dengan Anda atau tidak.

... Tidak, tidak.

Saya tarik kata-kata itu.


*


Baiklah, maksud saya begini. Saya ingin tidur dengan Anda. Tapi tidak apa-apa jika kita tidak melakukannya. Yang saya maksudkan adalah, saya ingin seadil mungkin. Saya tidak ingin memaksa apapun pada siapa pun, sebagaimana saya juga tidak ingin apapun dipaksa pada saya. Cukup merasakan kehadiran Anda di samping saya, atau melihat tanda koma Anda berkeliaran di sekitar saya.

Anda paham kan? Maksud saya begini:

Terkadang, ketika saya berpikir tentang entitas individu, rasanya begitu suram. Segera setelah saya berpikir, tubuh saya terasa seperti akan pecah berkeping-keping.

Misalnya, ketika saya naik kereta. Ada puluhan orang di dalam kereta. Pada prinsipnya mereka hanyalah "penumpang". "Penumpang" yang diangkut dari Aoyama Itchome ke Akasaka Mitsuke. Tapi kadang-kadang saya menyadari bahwa setiap penumpang itu adalah entitas individu yang berbeda. Seperti, apa yang dilakukan orang ini, apa pekerjaan orang itu, mengapa dia naik di Jalur Ginza? Atau apa pun. Tapi ketika mulai terasa tidak nyaman, itu sudah terlambat. Pikiran itu merasuk dan saya tak mampu membendungnya. Sepertinya pekerja kantoran itu mulai botak di kedua sisi dahinya, ... gadis di sana punya kaki berbulu sehingga saya yakin dia hanya mencukurnya seminggu sekali, ... mengapa pemuda itu duduk di sana mengenakan dasi yang warnanya bentrokan? Hal-hal kecil seperti itu. Hingga akhirnya tubuh saya mulai gemetaran dan ingin melompat dari kereta saat itu juga. Suatu hari-Anda mungkin akan tertawa-saya hampir saja menekan tombol rem darurat di samping pintu.

Tetapi hanya karena saya sudah mengatakan ini kepada Anda, jangan berpikir bahwa saya sangat sensitif atau gugup. Saya tidak terlalu sensitif atau gugup. Saya seorang pekerja kantoran sehari-hari yang sangat biasa, jenis yang Anda lihat sehari-hari, yang bekerja di bagian kontrol barang dagangan di sebuah pusat perbelanjaan. Dan saya suka kereta bawah tanah.

Dan saya tidak punya masalah seksual juga. Saya punya pacar, dan sejak sekitar setahun yang lalu kami tidur bersama dua kali seminggu, di mana kami berdua cukup puas dengan itu. Hanya saja saya berusaha untuk tidak terlalu serius dengannya. Saya juga tidak berniat menikahinya. Jika saya berpikir tentang menikah, saya yakin saya akan mulai menganggapnya serius, dan kalau sudah begitu, saya benar-benar tidak yakin kami akan bisa seakrab ini lagi. Maksud saya, begitulah adanya. Anda hidup bersama seorang gadis dan hal-hal ini mulai meresahkan Anda—gigi-giginya tidak terlalu lurus, bentuk kuku jarinya—bagaimana Anda bisa lanjut jika sudah seperti itu?


*


Tolong izinkan saya berbicara lebih banyak tentang diri saya.

Kali ini tanpa ketukan.

Jika Anda sudah mendengarkan sejauh ini, Anda mungkin juga mau mendengarkan sampai akhir. 

Sebentar. Saya mau merokok.

[Fuhhhh Fuhhhh]

Hingga sekarang saya jarang mengatakan sesuatu tentang diri saya kepada siapa pun. Karena sebenarnya memang tidak banyak yang bisa dikatakan. Dan bahkan kalaupun saya melakukannya, mungkin tidak ada yang tertarik.

Jadi mengapa saya menceritakan semua ini kepada Anda?

Itu karena, seperti yang saya katakan sebelumnya, saat ini saya sedang menuju ketidaksempurnaan agung.

Dan apa yang memicu ketidaksempurnaan agung ini?!

Surat Anda dan empat kanguru.

Ya, kanguru.

Kanguru adalah hewan yang menakjubkan, dan saya tidak pernah bosan memandangi mereka, tidak peduli berapa jam lamanya. Apa yang mungkin mereka pikirkan? Mereka melompat-lompat di kandang sepanjang hari, dan sesekali menggali lubang di tanah. Lalu apa yang mereka lakukan dengan lubang yang sudah mereka gali? Tidak ada. Mereka hanya menggali lubang. Ha ha ha.

Kanguru hanya melahirkan satu bayi dalam satu waktu. Jadi begitu satu anak lahir, betinanya langsung hamil lagi. Kalau tidak, populasi kanguru tidak akan pernah bertahan. Ini berarti betina kanguru menghabiskan seluruh hidupnya dengan hamil atau menyusui anak-anaknya. Jika dia tidak hamil, dia menyusui anak-anak; jika dia tidak menyusui anak-anak, dia hamil. Jadi bisa dibilang dia ada hanya untuk memastikan kelangsungan spesies. Spesies kanguru tidak akan bertahan jika tidak ada kanguru, dan jika tujuan mereka bukan untuk terus ada, kanguru tidak akan pernah ada sejak awal.

Lucu sekali, bukan?


*


Tapi saya akan mundur sebentar. Maaf karena urutannya jadi kacau begini.


*


Saya akan bicara tentang diri saya sendiri.

Sebenarnya, saya sangat tidak puas dengan diri sendiri. Ini tidak ada hubungannya dengan penampilan atau kemampuan atau status saya atau semuanya itu. Melainkan hanya karena menjadi diri sendiri. Saya merasa ini sangat tidak adil.

Namun demikian, itu tidak berarti Anda harus menilai saya sebagai seseorang yang suka mengeluh. Saya tidak pernah sekalipun mengeluh tentang pekerjaan atau gaji saya. Tentu, pekerjaan saya tidak ada gunanya, tetapi demikian pula sebagian besar pekerjaan. Dan uang bukan masalah besar.

Biar saya katakan lebih tepat.

Saya ingin berada di dua tempat sekaligus. Itulah satu-satunya keinginan saya. Selain itu saya tidak punya keinginan lain.

Namun entitas individu yang dikenal sebagai saya ini, menghambat keinginan tersebut. Tidakkah menurut Anda ini fakta yang sangat tidak menyenangkan? Keinginan saya ini adalah keinginan yang sederhana, saya pikir. Keinginan saya bukanlah menjadi pemimpin dunia atau jenius artistik. Atau terbang di udara. Saya hanya ingin ada di dua tempat sekaligus. Bukan tiga atau empat, paham? Hanya dua. Saat mendengarkan orkestra di ruang konser, saya ingin bermain sepatu roda. Saat menjadi petugas kontrol produk di pusat perbelanjaan, saya juga ingin menjadi burger McDonald. Saat tidur dengan pacar saya, saya ingin tidur dengan Anda. Saat menjadi entitas individu, saya juga ingin menjadi entitas yang universal.


*


Izinkan saya merokok lagi.

Whoa.

Saya mulai capek.

Saya tidak terbiasa dengan ini, berbicara dengan jujur tentang diri sendiri.

Satu hal yang ingin saya tegaskan: Saya tidak memiliki hasrat seksual terhadap Anda, yang seorang wanita. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya sangat marah pada kenyataan bahwa saya hanya bisa menjadi diri saya sendiri. Menjadi entitas individu membuat saya sangat tidak bahagia. Saya tidak tahan dengan angka ganjil. Jadi saya tidak ingin tidur dengan Anda sebagai entitas individu.

Namun, jika Anda bisa terbelah dua, dan saya bisa terbelah dua, dan keempat orang itu berbagi tempat tidur yang sama bersama-sama, bukankah itu sangat indah? Apakah kamu tidak setuju?


*


Tolong jangan kirim balasan. Jika Anda ingin mengirimi saya surat, silakan kirim ke perusahaan dalam bentuk keluhan. Jika Anda tidak punya keluhan, maka apa pun yang Anda pikirkan.

Yah, itu saja.


*


Saya baru saja mendengarkan rekaman ini sampai ke titik ini. Sejujurnya, saya tidak puas sama sekali. Saya merasa seperti pengurus akuarium yang membiarkan seekor anjing laut mati karena kelalaian. Saya cukup khawatir apakah sebaiknya rekaman ini saya kirimkan kepada Anda atau tidak. Rasanya berlebihan, bahkan untuk standar saya.

Dan sekarang setelah saya sudah memutuskan untuk mengirimnya, saya masih khawatir.

Tetapi apa yang bisa saya katakan, saya berusaha untuk mencapai ketidaksempurnaan, jadi saya harus hidup bahagia dengan pilihan saya. Bagaimanapun, yang mendukung semua ini adalah Anda dan keempat kanguru.


*


Mohon pamit.[]


*) pengumuman atau pemberitahuan resmi dari pemerintah (di surat kabar dan sebagainya), biasanya dikeluarkan sesudah selesai pertemuan diplomatik atau sesudah selesai kegiatan militer tertentu.


Keterangan:

Cerpen ini saya terjemahkan dari The Kangaroo Communiqué, terjemahan Inggris Alfred Birnbaum, dalam kumpulan cerpen The Elephant Vanishes (2003, London: Vintage)


Friday, August 4, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Orang Ketujuh

Cerpen Haruki Murakami: Orang Ketujuh


"Sebuah ombak besar hampir menghanyutkanku," kata orang ketujuh, nyaris berbisik. "Ini terjadi pada suatu sore bulan September ketika aku berusia sepuluh tahun."

Pria itu adalah yang terakhir bercerita malam itu. Jarum jam telah melewati pukul sepuluh. Kelompok kecil yang berkerumun dalam lingkaran bisa mendengar angin merobek kegelapan di luar, menuju ke barat. Angin itu mengguncang pepohonan, menggetarkan jendela, dan berlalu melewati rumah terujung meninggalkan lengkingan terakhirnya menuju kegelapan malam.

"Itu adalah ombak paling besar yang pernah kulihat dalam hidupku," katanya. "Sebuah ombak yang aneh. Raksasa sesungguhnya."

Dia berhenti sejenak.

"Ombak itu hanya muncul sebentar saja, tapi di tempatku, ombak itu menelan segala sesuatu yang paling berarti bagiku dan menghanyutkannya ke dunia lain. Aku butuh bertahun-tahun untuk menemukannya lagi dan pulih dari pengalaman itu—tahun-tahun berharga yang tidak pernah bisa digantikan."

Orang ketujuh itu tampaknya berusia pertengahan lima puluhan. Dia adalah seorang pria kurus, tinggi, dengan kumis, dan di sebelah mata kanannya ada bekas luka pendek namun dalam yang mungkin disebabkan oleh tusukan pisau kecil. Rambut pendeknya dipenuhi uban di sana sini, tampak kusam dan kaku. Ekspresi wajahnya seperti orang yang kesulitan menemukan kata-kata yang mereka butuhkan. Dalam kasusnya, ekspresi itu tampaknya sudah ada sejak lama sebelumnya, seolah-olah itu adalah bagian dari dirinya. Pria itu mengenakan kemeja biru sederhana di bawah mantel wol abu-abu, dan sesekali tangannya memegang kerah mantel itu. Tidak satu pun dari mereka yang berkumpul di sana yang tahu namanya atau pekerjaannya. 

Dia berdehem pelan, dan untuk beberapa saat kata-katanya seolah menghilang dalam keheningan. Yang lainnya menunggunya untuk melanjutkan.

"Dalam kasusku, itu adalah ombak," katanya. "Bagi masing-masing Anda mungkin itu dalam bentuk lain, dan tentunya aku tidak mungkin tahu itu apa. Tetapi dalam kasusku, itu sekonyong-konyong muncul dalam bentuk ombak raksasa. Dan itu sangat menghancurkan."


***

Tuesday, August 1, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Tempat di Mana Aku Mungkin Menemukannya

cerpen haruki murakami tempat di mana aku mungkin menemukannya


"Ayah mertuaku ditabrak trem tiga tahun lalu dan meninggal," kata wanita itu, lalu jeda.

Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya menatap matanya dan mengangguk dua kali. Selama jeda, aku melirik setengah lusin pensil di kotak pensil, memeriksa untuk mengetahui setajam apa pensil-pensil itu. Seperti seorang pegolf yang dengan hati-hati memilih klub yang tepat, aku mempertimbangkan mana yang akan digunakan, akhirnya kupilih yang tidak terlalu tajam ataupun terlalu tumpul tapi cukup pas.

"Semuanya agak memalukan," kata wanita itu.

Menyimpan pendapat untuk diriku sendiri, aku meletakkan memo di depanku dan menguji pensil dengan menuliskan tanggal dan nama wanita itu.

"Tidak banyak trem yang tersisa di Tokyo," lanjutnya. "Hampir semuanya sudah diganti dengan bus. Beberapa yang tersisa sudah seperti kenangan masa lalu, kurasa. Dan itu adalah salah satu yang membunuh ayah mertuaku." Dia menghela napas dalam diam. "Kejadian ini terjadi pada malam tanggal 1 Oktober, tiga tahun lalu. Hujan turun lebat malam itu."

Aku mencatat dasar-dasar ceritanya. Ayah mertua, tiga tahun lalu, trem, hujan lebat, 1 Oktober malam. Aku biasa sangat berhati-hati ketika menulis, jadi butuh beberapa saat untuk menyelesaikan semua ini.

Friday, March 3, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Orang-orang TV

Orang-orang TV - Haruki Murakami


Saat itu Minggu malam ketika Orang-orang TV muncul. Pada suatu musim semi. Setidaknya, kupikir itu musim semi. Namun saat itu tidak sepanas musim semi biasanya, tapi juga tidak terlalu dingin.

Sejujurnya, musimnya tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah itu Minggu malam.

Aku tidak suka Minggu malam. Atau lebih tepatnya, aku tidak suka segala hal yang turut muncul bersamaan dengan datangnya Minggu malam. Tanpa kecuali, setiap Minggu malam kepalaku mulai pusing dengan intensitas yang berbeda setiap kalinya. Kira-kira sepertiga atau setengah inci dari pelipisku, daging lembut berdenyut --seolah-olah ada benang tak kasat mata yang ditarik keluar oleh seseorang yang jauh di sana. Bukan karena sakit yang sangat. Seharusnya memang sangat sakit, tetapi anehnya tidak. Namun lebih seperti jarum panjang sedang mengorek area yang dibius.

Dan aku mendengar sesuatu. Bukan suara, tapi sebuah lembaran tebal kesunyian yang ditarik melalui kegelapan. KRZSHAAAL KKRZSHAAAAAL KKKKRMMMS. Begitulah indikasi awalnya. Pertama, sakit kepala. Kemudian, sedikit gangguan pada penglihatanku. Ombak kebingungan membanjiri, firasat menarik kenangan, kenangan menarik firasat. Bulan sabit tajam mengambang putih di langit, akar keraguan menggali ke bumi. Orang-orang dengan suara langkah nyaring berjalan di lorong hanya untuk menangkapku. KRRSPUMK DUWB KRRSPUMK DUWB KRRSPUMK DUWB.

Semua kondisi itu cukup menjadi alasan bagi Orang-orang TV untuk memilih Minggu malam sebagai waktu kemunculan. Layaknya suasana hati melankolis, atau hujan yang diam-diam jatuh, mereka menyelinap ke dalam waktu tertentu yang gelap itu.


***

Saturday, February 18, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Kurcaci Menari

kurcaci menari - haruki murakami


Seorang kurcaci masuk ke dalam mimpiku dan memintaku menari.

Meskipun aku tahu itu adalah mimpi, saat itu dalam mimpiku aku merasa sangat lelah seperti yang aku rasakan di kehidupan nyata. Dengan sopan, aku menolak ajakannya. Namun, kurcaci tersebut tidak tersinggung dan malah menari sendiri. 

Ia meletakkan alat pemutar piringan hitam portabel di tanah dan menari mengikuti irama musik yang diputar. Beberapa piringan hitam tersebar di sekitar alat pemutar itu. Aku mengambil beberapa piringan hitam dari tempat yang berbeda di tumpukan itu. Itu adalah rekaman musik-musik yang memang ada pada kenyataan, seolah-olah kurcaci tersebut memilih dengan mata tertutup, meraih apa pun yang dipegangnya. Dan tidak satu pun rekaman yang sesuai dengan covernya. Kurcaci itu akan mengambil rekaman yang belum selesai dimainkan dari pemutar, melemparnya ke tumpukan tanpa mengembalikannya ke covernya, kehilangan jejak rekaman yang mana, dan kemudian menaruh rekaman di cover secara acak. Ada rekaman Rolling Stones dalam cover Glenn Miller, rekaman chorus Mitch Miller dalam cover Daphnis and Chloe karya Ravel.

Namun, semua kebingungan ini tampaknya tidak masalah bagi si kurcaci. Selama ia dapat menari sesuai dengan lagu yang diputar, ia merasa puas. Saat ini, ia menari mengikuti rekaman Charlie Parker yang berada dalam cover berlabel Great Selections for the Classical Guitar. Tubuhnya berputar seperti tornado, menyerap gulungan liar dari nada yang mengalir dari saksofon Charlie Parker. Sambil makan buah anggur, aku menontonnya menari.

Keringat berkucuran dari tubuhnya. Setiap ayunan kepalanya membuat tetesan keringat melayang dari wajahnya; setiap gelombang tangannya menembakkan aliran keringat dari ujung jarinya. Tapi tidak ada yang bisa menghentikannya. Ketika rekaman berakhir, aku menaruh mangkuk anggurku dan memutar rekaman baru. Dan ia terus menari.

"Kamu penari yang hebat," seruku padanya. "Kamu adalah musik itu sendiri."

"Terima kasih," jawabnya dengan sedikit ketegasan.

"Apakah kamu selalu menari seperti ini?"

"Cukup sering," katanya.

Lalu si kurcaci melakukan putaran yang indah di ujung kaki, rambutnya yang bergelombang mengalir ditiup angin. Aku bertepuk tangan. Aku belum pernah melihat tarian yang sangat terampil sepanjang hidupku. Kurcaci itu memberikan hormat saat lagu berakhir. Dia berhenti menari dan mengelap keringatnya. Jarum terangkat dari piringan hitam. Aku meraih dan mematikan pemutar piringan hitam tersebut. Aku memasukkan rekaman ke dalam cover kosong yang ada di depanku.

"Aku kira kamu tidak punya waktu untuk mendengar kisahku," kata si kurcaci, melirikku. "Ini panjang."

Aku tidak yakin bagaimana menjawabnya, jadi aku mengambil anggur lagi. Waktu bukanlah masalah bagiku, hanya saja aku tidak terlalu ingin mendengar kisah hidup panjang dari seorang kurcaci. Selain itu, ini adalah mimpi. Itu bisa menguap kapan saja.

Daripada menunggu jawabanku, si kurcaci mengeluarkan jari-jarinya dan mulai berbicara. "Aku berasal dari daerah utara," katanya. "Di utara, mereka tidak menari. Entah bagaimana. Mereka bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah sesuatu yang bisa dilakukan. Tapi aku ingin menari. Aku ingin menghentakkan kaki dan melambaikan lenganku, menggoyangkan kepalaku dan berputar-putar. Seperti ini."

Kurcaci itu menghentakkan kakinya, melambaikan lengannya, menggoyangkan kepalanya, dan berputar-putar. Setiap gerakan masing-masingnya cukup sederhana, tetapi kombinasi keempat gerakan itu menghasilkan keindahan gerakan yang luar biasa, meledak dari tubuh kurcaci sekaligus, seperti ledakan sebuah bola cahaya.

"Aku ingin menari seperti ini. Jadi aku datang ke selatan. Aku menari di kedai minum. Aku menjadi terkenal, lalu menari di hadapan sang raja. Itu sebelum revolusi, tentu saja. Setelah revolusi pecah, raja meninggal, seperti yang kamu tahu, lalu aku diasingkan dari kota dan hidup di hutan."

Kurcaci itu pergi ke tengah-tengah tempat terbuka dan mulai menari lagi. Aku memutar piringan hitam. Itu adalah rekaman lama Frank Sinatra. Si kurcaci menari, menyanyikan "Night and Day" bersama Sinatra. Aku membayangkan dia menari di depan tahta. Lampu kristal yang berkilauan dan wanita-wanita cantik, buah-buahan eksotis dan tombak-tombak panjang pengawal kerajaan, kasim yang gemuk, raja muda dengan jubah bertabur permata, si kurcaci yang basah kuyup oleh keringat tetapi menari dengan konsentrasi yang tak tergoyahkan: Saat aku membayangkan adegan yang indah itu, aku merasa bahwa kapan saja dentuman meriam revolusi akan bergema dari kejauhan.

Kurcaci itu terus menari, dan aku mengunyah buah anggurku. Matahari terbenam, menutupi bumi dengan bayangan hutan. Seekor kupu-kupu hitam raksasa sebesar burung melintasi lapangan dan lenyap ke dalam kedalaman hutan. Aku merasakan dinginnya udara malam. Aku tahu bahwa itu waktunya untuk mimpiku meleleh.

"Kurasa aku harus pergi sekarang," kataku pada si kurcaci.

Dia berhenti menari dan mengangguk diam.

"Aku senang menontonmu menari," kataku. "Terima kasih banyak."

"Sama-sama," kata kurcaci itu.

"Aku tidak tahu apakah kita akan bertemu lagi," kataku. "Jaga dirimu baik-baik."

"Jangan khawatir," kata si kurcaci. "Kita akan bertemu lagi."

"Kamu yakin?" tanyaku.

"Oh, iya. Kamu akan kembali ke sini," kata si kurcaci sambil menggerakkan jarinya. "Kamu akan tinggal di hutan. Dan setiap hari, kamu akan menari denganku. Kamu akan menjadi penari yang sangat hebat dalam waktu singkat."

"Bagaimana kamu tahu?" tanyaku terkejut.

"Sudah diputuskan," jawabnya. "Tidak ada yang memiliki kekuatan untuk mengubah apa yang sudah diputuskan. Aku tahu bahwa kamu dan aku akan segera bertemu lagi."

Si kurcaci menatapku saat berbicara. Kegelapan semakin dalam sehingga warnanya seperti warna air laut malam.

"Nah, sampai jumpa," katanya. "Kita akan bertemu lagi."

Dia berbalik dan mulai menari lagi, sendirian.


***

Sunday, February 12, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Carnaval

Carnaval - Haruki Murakami


Dari semua wanita yang pernah kukenal sampai sekarang, dia adalah yang paling jelek. Namun, mungkin ini tidak adil untuk mengatakannya seperti itu. Aku telah mengenal banyak wanita yang penampilannya lebih jelek. Kurasa lebih aman untuk mengatakan bahwa di antara wanita-wanita yang pernah dekat denganku selama aku hidup --mereka yang telah mengakar di dalam ingatanku-- dia memang yang paling jelek. Tentu saja, aku bisa menggunakan eufemisme dan mengatakan "paling tidak cantik" daripada "jelek", yang seharusnya lebih mudah diterima oleh pembaca, terutama pembaca wanita. Namun, aku memutuskan untuk menggunakan istilah yang lebih langsung (dan agak brutal) di sini, karena hal ini lebih menangkap esensi siapa dia sebenarnya.

Aku akan menyebutnya F*. Ada beberapa alasan mengapa sebaiknya tidak mengungkapkan nama aslinya. Ngomong-ngomong, nama aslinya sama sekali tidak ada hubungan dengan F ataupun *.

Mungkin F* akan membaca cerita ini di suatu tempat. Memang dia sering mengatakan bahwa dia hanya tertarik pada karya-karya penulis wanita yang masih hidup, tapi bukan mustahil dia akan menemukan tulisan ini. Dan jika dia menemukannya, dia pasti akan menyadari kalau itu adalah dirinya. Meskipun hal itu terjadi, aku sangat meragukan bahwa pernyataanku "Dari semua wanita yang pernah kukenal sampai sekarang, dia adalah yang paling jelek" akan sangat mengganggunya. Menurutku, mungkin dia bahkan akan merasa lucu. Dia lebih sadar daripada siapa pun bahwa penampilannya jauh dari menarik, atau "jelek", seperti yang kukatakan, dan bahkan menikmati itu untuk keuntungannya.

Aku tidak membayangkan ada banyak kasus seperti ini. Pertama-tama, tidak banyak wanita jelek yang menyadari bahwa mereka jelek, dan mereka yang menyadari kemudian merasa senang dengan kejelekan mereka pasti hanya sedikit sekali. Dalam hal itu, kupikir dia sangat unik. Dan itulah yang membuat orang-orang tertarik padanya. Seperti magnet menarik semua jenis logam ke dirinya sendiri --beberapa berguna, beberapa tidak.


***

Monday, January 31, 2022

Cerpen Haruki Murakami: Kemudikan Mobilku (Bagian 1/2)

Cerpen Haruki Murakami: Kemudikan Mobilku (Bagian 1/2)



Dari pengalamannya beberapa kali berada di mobil yang dikemudikan wanita, Kafuku telah berada pada kesimpulan bahwa sebagian besar pengemudi wanita termasuk dalam salah satu dari dua kategori berikut: entah terlalu agresif atau terlalu pemalu. Untungnya—dan kita semua harus mensyukurinya—yang terakhir jauh lebih banyak. Secara umum, wanita lebih berhati-hati daripada pria ketika di belakang kemudi. Tentu saja, kehati-hatian itu tidak perlu dikeluhkan. Meskipun hal tersebut cenderung juga merepotkan pengguna jalan yang lain.

Sementara di sisi lain, sebagian besar wanita yang agresif, merasa yakin bahwa mereka adalah pengemudi yang hebat. Dalam kebanyakan kasus, mereka mengejek pengemudi wanita yang pemalu, dan bangga bahwa mereka, setidaknya, tidak seperti itu. Mereka tidak sadar bagaimana pengemudi lain harus menahan napas dan membanting rem akibat perubahan lajur mereka yang tiba-tiba dan sembrono, dan bagaimana pengemudi lain mengumpat mereka.

Tentu saja, tidak semua wanita termasuk dalam salah satu dari dua kelompok tersebut. Ada pengemudi normal yang tidak terlalu agresif atau terlalu berhati-hati. Beberapa bahkan bisa disebut ahli. Namun, entah bagaimana, bahkan dengan pengemudi wanita ahli itu, Kafuku biasanya merasakan ketegangan tertentu. Tidak ada alasan pasti yang bisa dia tunjukkan, tetapi dari tempat dia duduk di kursi penumpang dia merasakan semacam gesekan di udara, dan itu membuatnya tegang. Tenggorokannya akan kering, atau dia akan mulai mengatakan hal-hal bodoh yang sama sekali tidak perlu hanya untuk mengubur kesunyian.

Tentu saja ada pengemudi pria yang baik dan buruk juga. Namun dalam banyak kasus mengemudi mereka tidak menciptakan muatan suasana yang sama. Bukan karena mereka sangat santai. Pada kenyataannya, mereka mungkin juga tegang. Namun demikian, mereka tampaknya dapat memisahkan ketegangan mereka dan siapa mereka secara alami—mungkin tanpa disadari. Mereka bisa berkomunikasi dan bersikap normal bahkan saat fokus di jalan. Semacam itu untuk di sana dan ini untuk di sini. Kafuku tidak tahu persis dari mana perbedaan antara pengemudi pria dan wanita ini berasal.

Kafuku jarang membedakan pria dan wanita dalam kehidupannya sehari-hari. Dia juga biasanya tidak membeda-bedakan kemampuan antara kedua jenis kelamin. Ada banyak wanita seperti pria dalam pekerjaannya, dan dia sebenarnya merasa lebih nyaman bekerja dengan wanita. Sebagian besar, wanita lebih memperhatikan detail, dan mereka mendengarkan dengan baik. Satu-satunya masalah terjadi ketika dia masuk ke dalam mobil dan mendapati seorang wanita duduk di sampingnya dengan tangan di setir. Yang menurutnya mustahil untuk diabaikan. Namun dia tidak pernah menyuarakan pendapatnya tentang masalah ini kepada siapa pun. Entah bagaimana topik itu tampak tidak pantas.


***