Sunday, January 8, 2017

Yang Seperti Waktu


Hidup itu sampah. Bau amis yang kau cium saat berjalan di pasar ikan. Kotoran anjing yang ia tinggalkan di bawah tiang listrik. Sebagaimana kematian, siapa yang peduli soal kehidupan?
Aku pernah membaca sebuah puisi. Saat itu aku baru bangun, dan tidak tahu harus melakukan apa. Wanita yang malam tadi mengajakku tidur di apartemennya ini masih meringkuk di atas kasur dengan napas teratur dan mata yang masih terpejam. Selimut putih dengan bahan lembut menutupi sebagian tubuhnya.
Mataku merayapi kamar ini. Malam tadi, karena sedikit mabuk, aku tak sempat memerinci apa-apa yang ada di kamar ini, bahkan aku baru sadar kalau cat temboknya berwarna biru muda. Mataku berhenti pada deretan buku yang berjajar rapi pada rak bertingkat tiga. Aku bangkit dan mendekat untuk membaca judul yang tertera di punggung buku-buku itu. Semuanya hampir sama saja, abstrak. Maka kupilih dengan sembarang. Dan rupanya itu buku puisi. Aku sudah lupa siapa penulisnya, juga judul buku itu. Namun aku ingat dua baris puisi yang kubaca:
Kepada rahasia, hidup menceritakan dirinya
Serta waktu-waktu yang tak pernah jadi miliknya

***