Ulasan Novel Beatrice and Virgil Karya Yann Martel


 

Novel yang tipis, namun lama menghantui usai menamatkannya. Ia novel tentang cinta, kemanusiaan (meski dengan alegori seekor monyet peraung dan seekor keledai), dan kekejaman. 

Saya tidak akan membandingkannya dengan novel Yann Martel sebelumnya, Life of Pi, novel ini punya kekuatannya sendiri.

Novel ini berpusat pada naskah drama dengan tokoh Beatrice, seekor keledai, dan Virgil, seekor monyet peraung sebagai tokoh utama naskah. Dialog mereka lucu, namun juga cerdas, dan penuh simbolis.

Awal persinggungan naskah tersebut dengan Henry, sang tokoh utama novel, adalah dari surat seorang pembaca. Ya, Henry adalah seorang novelis, yang novel pertamanya cukup sukses. Akan tetapi ketika ia menggarap buku keduanya, yang sebenarnya terdiri atas dua buku, dengan tema Holocaust, dengan konsep buku bolak-balik, fiksi dan nonfiksi, ia mendapat penolakan dari agensinya. Pukulan tersebut tampaknya memengaruhi kehidupan penulisnya, dan membawanya dan istrinya untuk pindah negara, ke Amerika.

Surat-surat pembaca tetap ia terima meski sudah pindah ke Amerika, dan salah satu surat misterius menggugah minatnya. Surat yang di dalamnya terdapat bagian dari naskah drama yang sedang digarap sang pengirim. Karena alamat pengirim ternyata tidak terlalu jauh dari alamat barunya, Henry berencana menyerahkan langsung balasan surat tersebut.

Ketika itulah ia bertemu sang pengirim surat, seorang taksidermis tua yang tak kalah misterius dari suratnya, dengan tokonya yang penuh binatang awetan, tak terkecuali si Keledai dan si Monyet Peraung. Pertemuan demi pertemuan dengan taksidermis misterius tersebut juga menyibak bagian-bagian lain dari naskah drama Beatrice dan Virgil. Bisa dibilang, hampir keseluruhan novel ini adalah bagian dan diskusi dari naskah drama tersebut. Dan naskah itu sungguh memikat.

Meskipun ini novel berbingkai, Yann Martel tetap menjaga plotnya berlangsung rapi hingga menuju klimaks. Di samping itu, baik Holocaust maupun kekejaman--pada manusia dan binatang, terus menjadi benang merah yang terjaga dari awal hingga akhir novel.

Penerjemah novel ini juga patut saya acungi jempol, Meda Satria berhasil menerjemahkan novel ini dengan sangat baik. Sementara untuk cover, sebaiknya jangan tertipu. Meskipun terkesan seperti buku anak-anak, novel ini sama sekali bukan novel anak-anak. []



Comments