Saturday, July 30, 2011

Seorang Wanita

Ia datang kepadaku
menggebu-gebu
"Terbitkan puisi ini!"

Ia datang lagi kepadaku
menggerutu
"Puisiku telah dirampas!"

Ia terus datang kepadaku
mengacung sebilah mandau
"Puisi berarti darah!"

Ia tak pernah datang lagi
meniggalkan sepucuk surat
"Aku hanyalah puisi..."

(Banjarmasin Post, Minggu, 7 Agustus 2011)

Wednesday, July 27, 2011

Setahun Setamat Pesantren

Memangnya masih penting aku menyimpan peci?
Lalu jas siapa puluhan juta ini?
Dan paha-paha menganga di TV dan jalan, bukan?
Serta pantat yang menyembul itu, kawankukah?

Ohoi… Itukah eskapisme?
Sinetron-sinetron itu, iklan-iklan itu, Duta Mall itu?
Di mana aku?
Siapa aku?!

Mandastana, 24 Juli 2011


(Banjarmasin Post, Minggu, 7 Agustus 2011)

Tuesday, July 26, 2011

Banjarbaru-Marabahan

teriakan bisu

Jalan pulang lebih panjang
Di sini musim tak mau berganti
Kami lahir, lalu mati
Sawah kami terbakar darah
Sawah kami tak juga berbuah

Jagaku tergopoh, ke hutan yang kosong
Ingin hujan lekas bertamu: aku rindu

Sepasang sepatu
Masih mengecap peluhku
Bagaimana dengan tanah dan lumpur yang menuakan kita?

Ada yang bergemeletuk
Ada langkah tersaruk
Lampu kota dinyalakan
Kugilas busuk di lembaran-lembaran koran
Aku keluar rumah
Ada pekat
Ada suara menyalak
Di lazuardi, batas kota semakin samar…

Mandastana, 17 Juli 2011

(Dimuat di harian Media Kalimantan, edisi Sabtu, 23 Juli 2011 dan dibukukan dalam antologi Puisi Teriakan Bisu)

Friday, July 15, 2011

Jadi Prajurit


"Kita diserang!"
"Kita akan mati konyol!"

"Benar panglima."
"Panglima, izinkan kami menghadapi mereka di luar! Haram manyarah!"
"Allaaaahu akbar!"

Cuma lima dialog itu sebenarnya yang harus kuhapalkan sebagai prajurit 2 (bahkan dua dialog pertama diteriakkan dari luar panggung), namun bagi orang yang belum pernah sekali-kali tampil di teater sepertiku ini, lima dialog tersebut rasanya seperti jawaban-jawaban yang harus dilontarkan untuk menanggapi pertanyaan malaikat Raqib dan 'Atid!