Tuesday, December 29, 2015

Pastikan Kamu Mengunjungi 10 Tempat Menarik Ini Saat ke Banjarmasin

Siapa sih yang tidak kenal Banjarmasin? Kota dengan julukan "Kota Seribu Sungai" ini merupakan kota terbesar dan terpadat di Kalimantan, serta salah satu dari kota besar di Indonesia. Sungai adalah urat nadi bagi kota ini. Ia menjadi jalur transportasi dan juga magnet pariwisata. Dengan banyaknya sungai yang berada di kota ini, maka Banjarmasin sangat potensial menjadi destinasi wisata Kalsel. Tidak mustahil, kota ini nantinya akan seperti Venesia dengan kanal-kanalnya yang terkenal itu.
Untuk ke kota cantik ini, berbagai maskapai penerbangan setiap harinya siap mengantarkan kita. Salah satunya adalah Garuda Indonesia. Maskapai ini memiliki banyak kelebihan dibanding maskapai lainnya, di antara yang utama ialah ketepatan waktu. Memangnya siapa sih yang suka delay? Selain itu, layanan selama penerbangan juga sangat memuaskan.
Setelah sampai di Banjarmasin, lalu kita mau ke mana? Nah, bila kamu ke Banjarmasin, pastikan kamu mengunjungi 10 tempat-tempat menarik berikut ini.

Monday, December 28, 2015

10 Tempat Wisata Religi di Banjarmasin

10 Tempat Wisata Religi di Banjarmasin Banjarmasin selalu memiliki kesan tersendiri yang mendalam bagi siapa saja yang datang ke kota ini. Sungai-sungainya, siring-siringnya, keramahan penduduknya, kumandang lantunan azan yang saling bersahutan dari surau-suraunya, soto Banjar-nya, alunan musik pantingnya, serta banyak lagi hal-hal lainnya yang kesemuanya akan selalu melekat dalam ingatan mereka yang pernah berada di kota seribu sungai ini. Namun di samping itu, Banjarmasin sebagai kota religi ternyata juga memiliki banyak sekali objek wisata religi yang menarik untuk dikunjungi. Maka bagi siapa saja yang menyukai berwisata sambil beribadah, Banjarmasin adalah destinasi wisata Kalsel yang cocok untuk Anda datangi. Apa saja tempat-tempat wisata religi yang ada di kota ini? Berikut daftar 10 tempat wisata religi di Banjarmasin:

Wednesday, December 23, 2015

Bila ke Kotabaru, Inilah 10 Tempat yang Wajib Kamu Kunjungi

Berbicara mengenai destinasi wisata Kalsel, maka saya pikir Kotabaru adalah jawaban terbaik. Begitu banyaknya tempat-tempat yang memukau mata di kabupaten ini, sehingga satu bulan pun rasanya tidak akan cukup untuk menikmati semua keindahan alamnya. Kabupaten ini memang menyimpan banyak sekali keindahan alam yang akan membuat matamu terpana. Bahkan banyak yang mengatakan, Kotabaru adalah Bali kedua. Sebagian besar dari tempat-tempat indah tersebut bahkan masih belum banyak terjamah. Potensi Kotabaru sebagai destinasi wisata Kalsel memang sangat menjanjikan.
Apa sajakah keindahan alam di Kotabaru? Berikut adalah daftar 10 destinasi wisata Kotabaru yang wajib kamu datangi.

Wednesday, December 16, 2015

10 Destinasi Wisata Kalsel yang Wajib Kamu Kunjungi

10 Destinasi Wisata Kalsel yang Wajib Kamu Kunjungi - Kalsel memang gudangnya tempat wisata menarik. Berbagai maskapai penerbangan juga telah melayani rute menuju Banjarmasin, Kalsel. Salah satunya adalah maskapai Garuda Indonesia.
Langsung saja, berikut 10 Destinasi Wisata Kalsel yang wajib kamu kunjungi:

Saturday, December 12, 2015

Kertas Bertulis Angka-angka

Kejarlah di sana
kertas bertulis angka-angka
karena angka-angka akan membuatmu bahagia
karena angka-angka akan membawakanmu surga
menarilah bersama mereka
karena setelah November datang Desember
karena setelah Januari datang Februari
lalu kertas bertulis angka-angka akan datang lagi
mengajakmu menari
mengajakmu berlari
kertas bertulis angka-angka
kejarlah di sana...

Thursday, December 10, 2015

Malam Hujan

Ibu, semoga hujan deras ini membuatmu tidur nyenyak
Semoga bunyi hujan di atap rumah kita membuat pusingmu berkurang barang malam ini
Semoga dingin hujan bisa melemaskan pegal-pegalmu
Karena esok pagi kau harus berpikir lagi tentang makan dan jajan anak-anakmu

Saturday, December 5, 2015

Backpackeran Keliling Jawa (5)

Sabtu, 3 Oktober 2015
Aktivitas pagi dimulai dengan menemani Mas Jamal mengirim pesanan buku, dilanjutkan sarapan nasi pecel di warung, kemudian menuju tugu paling legendaris di Surabaya, patung pertarungan ikan sura dan buaya.

Backpackeran Keliling Jawa (4)

Jumat, 2 Oktober 2015
Pagi ini Dhea mengantar saya ke salah satu halte Trans Semarang. Kami berpisah. Terimakasih banyak dik Dhea, saya tahu kamu rela membolos kuliah demi menemani kakak... Sampaikan juga terimakasih Kakak ke Nenek karena bersedia menampung dan menemani ngobrol.

Backpackeran Keliling Jawa (3)

Kamis, 1 Oktober 2015
Berdasar usulan Dhea, pagi ini perjalanan dimulai dengan tujuan Candi Gedong Songo di daerah Bandungan. Sekitar 40 menit kami sampai di tujuan setelah melewati jalan yang terus menanjak.
Candi Gedong Songo adalah sembilan candi hindu yang letaknya menyebar di sebuah gunung. Sehingga untuk bisa melihat dari dekat kesemua candi pengunjung harus mendaki dan mengitari gunung tersebut. Namun sayangnya candi yang masih berdiri hanya tersisa lima. Untuk masuk ke wilayah Candi Gedong Songo pengunjung hanya perlu membayar 15.000,-

Friday, November 27, 2015

Backpackeran Keliling Jawa (2)

Selasa, 29-9-2015
Jam 4 subuh kereta yang saya tumpangi tiba di Stasiun Tugu, Jogja. Masih terlalu dini untuk ke mana-mana. Hingga pukul 6 pagi barulah saya keluar stasiun. Langit Jogja segera menyambut saya. Saya hirup udara pagi dalam-dalam, kemudian mulai berjalan kaki.
Tidak lama berjalan kaki, saya sudah sampai di jalan Malioboro. Saat dulu ke sini ketika malam, dan ternyata Malioboro di pagi hari sangat berbeda. Namun yang tetap sama adalah tukang becak, bentor, dan delman yang dengan gigih menawarkan jasanya.
"Lima ribu aja mas, keliling-keliling Malioboro sampai Kraton. Dari tadi belum ada narik Mas. Ayo Mas, gimana, Mas?" tawar seorang tukang bentor.
Mendengar 'belum ada narik' hati saya tergerak. Ini mengubah rencana awal saya. Padahal saya cuma ingin jalan kaki saja.
Di atas bentor, kami ngobrol.

Backpackeran Keliling Jawa (1)

Late post.... Baiklah, ini perjalanan 26 September - 3 Oktober yang lalu. Dengan uang 2 juta, saya backpacker-an di pulau seberang selama satu minggu.

Thursday, November 26, 2015

Selamat Sore, Rindu

Selamat sore, rindu
Cantik sekali dandanmu
Kuharap kamu tak digoda waktu
Apalagi sampai diculik semu

Friday, September 18, 2015

Mangga

Sayang, hari ini aku memetik mangga
Sekarang di sini sedang musimnya
Aku ingin mengajakmu kesini dan duduk di dermaga
Akan kukupaskan kulitnya lalu kita makan berdua
Sambil menyambut angin dari utara
Memandangi tongkang batu bara
Menikmati langit senja yang menjingga
Kita tidak perlu bersuara
Kita tak perlu banyak kata-kata
Kita hanya perlu berbagi sebiji mangga
Berdua

Tuesday, September 8, 2015

Waktu dan Jarak

Waktu adalah jembatan di atas sungai bernama kerinduan
Jarak adalah jalan yang membentang sepanjang ingatan

Sungai Lirik, 8-9-2015

Thursday, September 3, 2015

September

Aku ingin menjadi hembus yang melegakan napasmu
Menjadi huruf yang menyusun kalimatmu
Menjadi secangkir teh yang menghangatkan pagimu
Menjadi debur yang melagukan ombakmu
Menjadi tidur yang merangkul mimpimu

Saturday, August 15, 2015

Mengisi Libur ke Bukit Kaladan atau Bukit Lawangan, Desa Tiwingan Lama, Kec. Aranio, Kab. Banjar



Bukit Kaladan atau Bukit Lawangan - Mencari waktu luang untuk berlibur memang susah, apalagi di tengah kegiatan profesi ners dengan tugas-tugasnya yang seperti saling berebutan ini. Maka ketika kesempatan itu sedikit menampakkan diri, meski beberapa hari terakhir tekanan darahku sampai 90/70 mmHg, aku dan Tri langsung menyiapkan liburan tersebut. Segera tenda dipinjam, matras dibeli, dan beberapa orang diajak. Lalu berangkatlah kami hari Rabu tadi, jam 15.30, setelah sebelumnya aku menyelesaikan laporan dan konsul ke ruang Nifas RSUD Ulin, dan Tri menyelesaikan responsif ujiannya dengan pembimbing. Tujuan kami: Bukit Kaladan, (ada pula yang menyebutnya Bukit Lawangan), Riam Kanan.
Sekitar pukul lima, kami sudah tiba di desa Riam Kanan. Dari sana kami memarkir motor dan berjalan kaki. Perjalanan langsung disambut tanjakan curam. Lima menit rasanya seperti berlari 1 km. 

Aliran darah banyak mengalir ke kaki. 20 menit, wajahku pucat (ujar Tri), perut mual, pandangan kabur, napas sesak. Aku langsung terbaring di tanjakan curam tersebut. Beruntung ada Tri, yang walaupun sertifikat BTCLS-nya diperoleh setelah ujian dua kali, langsung mempraktikkan teori shock position: kaki ditinggikan.
Kubayangkan darah mulai lebih banyak mengalir ke otakku, sambil kucoba bernapas dalam.
Kondisiku memulih setelah Tri menghabiskan 2 batang rokoknya.
Perjalanan berlanjut tanpa hambatan sampai ke puncak. Menyisakan waktu yang cukup untuk kami mengambil banyak foto dengan berbagai fose dan mendirikan tenda.
Malam diisi dengan main uno, pagi foto-foto lagi, jam 8 turun dan pulang. Jam 2 siang buru-buru ke kampus untuk ikut pengarahan stage komunitas dan keluarga. Maka kesibukan yang padat pun berlanjut lagi...

Saturday, August 1, 2015

Penghuni Toilet


Penghuni toilet itu menghilang. Ia tak ada di toiletnya. Selama ini, selain ke kampus, ia selalu berada di toiletnya ini. Tapi hari ini, hingga larut malam kutunggu, ia masih belum pulang.
Namanya Yoyo. Pertemuan pertamaku dengan Yoyo adalah ketika pengumuman kelulusan masuk di sebuah perguruan tinggi swasta di Banjarmasin.
“Bagaimana, lulus?” tanyanya dengan gaya seperti kami sudah lama kenal.
Aku mengangguk dan balik bertanya, sekadar basa-basi untuk menghargai ajakannya bicara.
“Iya, lulus juga. Sudah dapat kost?” Kupikir itulah hal sebenarnya yang ia ingin tanyakan.
Kujawab bahwa belum, dan kujelaskan bahwa sementara ini aku ikut tinggal di rumah saudara.
“Bagaimana kalau tinggal di kontrakanku saja? Sewanya kita bagi dua.”
Aku tidak langsung menjawab. Tinggal serumah dengan orang yang belum dikenal tentu bukan sesuatu yang bijaksana. Seolah membaca pikiranku, Yoyo mengulurkan tangan.
“Namaku Yoyo. Kamu tidak perlu khawatir, kalau ada barangmu yang hilang selama tinggal denganku akan kuganti.”
Aku menyambut tangannya dan menyebutkan namaku. Kutanyakan di mana kontrakannya.
“Cukup jalan kaki dari sini.”
Pertemuan itu selesai. Aku tidak langsung menerima tawarannya, hanya mengatakan akan memikirkannya. Untuk sementara tempat tinggal bukanlah masalah buatku karena ada saudaraku di kota ini.

***

Monday, May 4, 2015

Explore Loksado: Hari 2, Pemandian Air Panas Tanuhi, Air Terjun Kilat Api, Bendungan Batu Laki

Bendungan Batu Laki, Padang Batung, HSS
Hari 2: Pemandian Air Panas Tanuhi, Air Terjun Kilat Api, Bendungan Batu Laki -- Pagi ini kami disuguhkan sarapan dan setelahnya langsung menyusun rencana. Bang Yudis kami hubungi untuk menanyakan rencananya. Katanya Bang Yudis, ia dan teman-temannya mau ke Bukit Langara, tapi itu pun mereka harus menunggu satu teman lagi. Maka jelas kami tak bisa mengikuti rencana Bang Yudis.
Ide selanjutnya adalah ke Air Terjun Rampah Menjangan.
Masalah 6: kami tidak punya pemandu jalan. Ansari, keponakanku itu sebenarnya pernah ke sana, namun ia tak hapal jalannya.
Lalu Ansari mengenalkan kami pada tetangganya yang masih seumur SD, atau mungkin SMP, yang sudah tiga kali ke Air Terjun Rampah Menjangan dan dengan mantap mengatakan hapal jalannya.
Masalah 7: anak itu tak punya motor sendiri, siapa yang membawanya? Dua motor kami sudah penuh.
Rencana ke Air Terjun Rampah Menjangan pun terpaksa dibatalkan. Masalah 6 dan masalah 7 teratasi...
Ansari menjelaskan alternatif-alternatif lain. Lalu diputuskanlah: Pemandian Air Panas Tanuhi, Air Terjun Kilat Api, dan bendungan di Desa Batu Laki, kec. Padang Batung.

Explore Loksado: Hari 1, Bukit Langara

Bukit Langara, Loksado, Kalimantan Selatan
Hari 1: Bukit Langara, Loksado, Kalimantan Selatan -- Akhirnya aku punya satu minggu libur. Seperti biasa, aku dan Tri langsung merencanakan jalan-jalan. Setelah diskusi yang alot, akhirnya kami memutuskan tujuan liburan kali ini adalah Bukit Langara di Loksado, Kamis, 30 Mei 2015. Pertimbangannya adalah tugas laporan yang belum selesai dan belum dikonsulkan, serta dana yang terbatas.

Wednesday, March 4, 2015

Ingress, Game yang Mengubah Hidup Saya

game Ingress

Sungguh, saya bukan orang yang suka game. Sebisa mungkin dalam hidup saya tidak melakukan hal-hal yang membuang waktu seperti ngegame. Ketika umur SD teman-teman saya berjam-jam di rental PS, saya justru membaca buku di rumah. Ketika orang-orang asik dengan Get Rich dan Clash of Clans di gadget android mereka, saya justru browsing membaca karya-karya sastra. Hidup saya benar-benar serius.
Saya langsung mengabaikan ketika Aya, teman saya saat di pesantren dulu menceritakan tentang game seru yang dimainkan Qori, teman saya yang lain saat di pesantren.
Aya menjelaskan bahwa game tersebut menggunakan dunia nyata dan si pemain harus mendatangi tempat-tempat tertentu untuk mengambil alih tempat tersebut. Kedengaran sangat menarik, dan sulit dipercaya. Ya, saya tidak percaya ada game semacam itu, tidak hingga kemudian Qori langsung yang menceritakannya. Namun bahkan saat Qori sendiri yang menjelaskan tentang game itu saya tetap mengabaikannya.
Dan hidup saya terus berlanjut, dengan serius.
Lalu pada suatu pagi Ahad, satu bulan yang lalu, saya merasa benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bukan, saya bukannya tidak punya pekerjaan yang harus dilakukan. Tugas laporan praktik di rumah sakit menunggu untuk ditulis, pakaian kotor menumpuk di sudut kamar, motor mio kesayangan sudah tak jelas warnanya karena cipratan becek, dan ada buku-buku bagus yang ingin sekali saya baca.
Saya hanya stress, perlu sesuatu yang baru yang mungkin menarik guna melepas stress, lalu saya kirimlah sebuah pesan melalui jejaring BBM pada Qori, sesuatu yang beberapa minggu kemudian akan sangat saya sesali karena akhirnya saya justru semakin stress.
"Apa nama game yang kamu tawarkan dulu?"
"Ingress," jawab Qori. "Pilih kubu biru, biar kita battle," tambahnya.
***

Tuesday, February 24, 2015

Melihat Kecantikan Danau Biru di Pengaron, Banjar

Danau Biru, Simpang Empat Pengaron, Banjar

Danau Biru - Pengaron - Banjar


Ahad, 8 Februari 2015, pukul 10 pagi, lewat satu jam dari waktu yang telah disepakati, Tri dan dr. Teguh datang ke kontrakanku. Sekarang giliranku menjemput Bang Yudis, sang penunjuk ke jalan kebenaran, yang rumahnya hanya sekitar 100 meter dari kontrakanku. Kemudian, meluncurlah kami berempat dengan aku membonceng Bang Yudis, dan Tri membonceng dr. Teguh.
Tujuan kami adalah Danau Biru yang ada di daerah Simpang Empat Pengaron, Kabupaten Banjar. Danau yang sebenarnya merupakan bekas galian tambang batu bara. Di perempatan Jl. Veteran, kami berbelok ke kiri, ke jalan menuju Sungai Tabuk (jalan dalam) karena menurut teori jalan tersebut lebih dekat dibanding Jl. A. Yani (jalan luar). Namun di luar perhitungan, kami terjebak macet lantaran ada acara perkawinan sementara lebar jalan sangat sempit. Maka tak ada pilihan lain selain ikut merayap di antara kepadatan kendaraan, debu, dan cuaca panas yang membakar kulit. Setelah sekian lama, akhirnya kami terbebas dari macet. Kami pun melaju di atas jalanan lapang.
Namun hal itu tidak berlangsung lama,  selanjutnya kami disambut genangan banjir sehingga menahan dua motor yang kami tunggangi untuk melaju. Dengan tarikan gas seadanya tadi, akhirnya sampailah kami di kota intan, Martapura. Kerumunan santri dengan peci, sarung, baju putih, dan kitab yang terpegang di depan dada seolah menyambut siapa saja yang datang ke kota ini.
Perjalanan terus berlanjut. Sekitar satu jam dari Kota Martapura, tibalah kami di Simpang Empat Pengaron, di sini kami berbelok ke kanan, ke arah Benteng (dinamai demikian karena di sana terdapat benteng peninggalan Belanda).

Monday, February 23, 2015

Jalan-jalan ke Bukit Lintang dan Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies) di Pelaihari, Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Bukit Lintang - Bukit Rimpi
Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut
Bukit Lintang, Tanah Laut

Bukit Rimpi - Pelaihari - Tanah Laut
Bukit Rimpi, Tanah Laut


11 Januari 2015
Minggu, jam 7 pagi, saat di mana kehidupan belum benar-benar berlangsung di kontrakanku. Tapi tidak hari ini. Hari ini, aku, Tri dan Bang Yudis berencana akan ke Bukit Lintang dan Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies), dua bukit di daerah Pelaihari yang akhir-akhir ini ramai dikunjungi (orang Banjarmasin, beberapa bulan ini, memang sedang keranjingan naik bukit!). Rencana memang tidak sepagi ini, tapi aku harus ke acara perkawinan Ka Shinta, teman yang juga pelangganku saat jual buku dulu, pelanggan yang membeli buku dengan alasan yang unik: ia membeli buku-buku Ernest Hemingway karena anaknya akan ia beri nama Ernest, padahal saat itu ia belum menikah apalagi punya anak. Ka Shinta membeli nyaris semua buku-buku karangan Ernest Hemingway, dan aku sudah menyiapkan kado untuknya tepat satu tahun lalu, sebuah buku Ernest Hemingway yang sudah cukup langka dan bisa kupastikan ia belum punya.
Sekitar pukul 8 aku tiba di Martapura, di tempat acara, setelah sebelumnya beberapa kali bertanya jalan. Tidak butuh waktu lama untuk aku menyerahkan kado ke bagian penerima tamu, makan, bersalaman, lalu pamit. Lega rasanya, buku itu sudah diserahkan pada yang bersangkutan, sebab selama satu tahun ini buku itu terus menggoda untuk jadi milikku saja. Haha…
Dari Martapura, aku mengambil Jalan Cempaka, sampai di Simpang Tiga Bati-Bati, aku mampir di warung gorengan dalam rangka menunggu Tri dan Bang Yudis. Kukira mereka telah tiba di sana lebih dulu, ternyata aku harus menunggu, menunggu yang lama, karena perlu waktu hampir satu jam hingga mereka muncul. Saat mereka tiba, aku tak perlu bertanya untuk tahu jawaban atas keterlambatan mereka: Tri mengajak dua orang temannya, keduanya perempuan (yang belakangan aku tahu nama mereka Iin dan Desty), dan Bang Yudis mengajar tiga orang temannya, satu laki-laki dan dua perempuan (yang laki-laki bernama Agung, dan yang perempuan satunya bernama Rita, satunya lagi aku sudah lupa siapa namanya). Maka berdelapan, kami melanjutkan perjalanan ke arah Pelaihari.

Tuesday, January 6, 2015

Batu Belah Batu Bertangkup

Batu Belah Batu Bertangkup
Aku seperti melihat diriku yang lain di dalam cermin. Diriku yang ranum dan belum mengerti apa-apa. Namun saat mengulurkan tangan meraih bayanganku sendiri, aku selalu dihempas oleh masa lalu. Ingin sekali aku menembus ke balik dinding kaca, menjabat tangan seseorang yang teramat kukasihi dan membawanya kembali ke tempat ini. Namun hanya gigil tangis dan penyesalan yang tak berkesudahan selalu melucuti setiap jengkal ingatan. Aku rindu. Rindu sekali.

***