Thursday, December 31, 2009

Dunia Baru

zianxfly
Malam tahun baru. Banyak yang akan berubah di tahun baru ini, yang paling mencolok adalah blogku. Karena kesalahan dalam memuat tema, maka blogku sebelumnya yang beralamat http://zianxfly.web.id tidak bisa lagi diakses. Tapi tidak papa, semangatku untuk ngeblog tidak akan mati sampai di situ. Dan di blog inilah, aku akan memulai lagi kehidupanku sebagai seorang blogger.

Tuesday, December 29, 2009

15 Menit Pembawa Sial

Rencanaku ke Batu Licin gagal total. Banyak penyebabnya, di antaranya karena teman-teman yang lain punya jadwal masing-masing untuk mengisi libur 4 hari ini. Lantas aku pun kemarin pulang ke rumah saudara di Handil Bakti. Dari Al Falah sampai Handil Bakti aku tidak keluar uang sedikit pun, karena aku pulang ikut mobil seorang teman yang pulang ke Palangkaraya.

Sunday, December 20, 2009

Masuk Radar Banjarmasin!

Sungguh di luar dugaan. Penulis amatiran sepertiku ini ternyata tulisannya bisa juga masuk koran Radar Banjarmasin. Padahal, kata orang-orang tulisan-tulisan yang bisa masuk itu seleksinya cukup sulit. Tulisanku yang dimuat hari ini itu ialah dua puisiku: Satu Senja di Tepian Barito, dan Doa Bersama Hujan.
Terima kasih untuk Bung Randu Alamsyah yang berkenan memuat puisiku itu.

Thursday, December 17, 2009

Perang Sesungguhnya

Ulangan semester ganjil Madrasah Aliyah telah berlalu dengan tragis. Namun tentu saja peperangan belum berakhir. Musuh yang sesungguhnya justru pada hari Sabtu nanti (19 Desember), sampai tanggal 28 Desember. Apalagi kalau bukan ULANGAN PONDOK !
Ulangan pondok berbeda jauh dengan ulangan MA, karena MA hanyalah tambahan di pesantrenku ini, sekadar melengkapi, supaya santri juga punya ijazah reguler.
Ulangan pondok ini sistemnya sangat ketat. Untuk bisa jadi peserta ulangan syarat utamanya ialah lunas SPP (kami menyebutnya infaq) sampai bulan Desember (perbulan 250 ribu). Tak ayal, satu minggu sebelum ulangan, semua sibuk mengurus infaq. Yang paling repot tentulah yang menunggaknya sampai berbulan-bulan, baik itu karena memang orang tuanya tidak mampu, atau karena uangnya 'diselewengkan' (tidak semua santri jujur).