Friday, February 13, 2009

Jadi Ketua Asrama

Pagi minggu yang lalu semua santri kelas 2 aliyah berdebar-debar, sebab pagi itu akan dibacakan daftar ketua-ketua asrama yang baru, dan tentunya, kamilah yang akan jadi ketua asrama tesebut.
Kami berdebar-debar bukannya karena kami gugup, tapi takut kalau-kalau menjadi ketua asrama Malik, terlebih lagi asrama Malik 4.
Ustadz Rusdi sebelumnya memberikan sedikit kata pengantar lalu tanpa banyak bicara langsung membacakan daftar ketua-ketua asrama yang tertera di selembar kertas yang beliau pegang.

Saturday, February 7, 2009

Memoar Dakwah

Hujan berdebaman, memukul-mukul atap seng asrama, menciptakan komposisi suara menakjubkan. Kulirik jam dinding, sudah pukul satu dini hari. Ini momen yang sangat nyaman untuk menyedekapkan tubuh dalam selimut lantas menyusuri alam mimpi, semestinya. Teman-teman seasrama tampaknya juga sudah terlelap semua. Namun aku, dari tadi belum juga bisa tidur. Berkali-kali kubalikkan badan, tapi tetap saja rasanya tidak ada posisi yang pas.
Aku bangkit. Bila sulit tidur seperti ini biasanya aku akan menulis apa saja di buku catatan harian. Dan kenangan-kenangan masa lalu kemudian akan berkelebatan, menari-nari dalam kepalaku. Yang paling sering muncul adalah peristiwa tiga tahun silam, di mana saat itu aku masih santri baru di pesantren ini. Aku sendiri biasanya juga tak pernah bosan menulis kembali kejadian itu, hingga kantuk benar-benar tak lagi bisa kutahan.

Thursday, February 5, 2009

Maling Itu Akhirnya...


Malam kamis yang lalu, Mushalla heboh. Pasalnya, Tohir, ketua IKPPF (OSIS) menggiring seorang santri yang hanya mengenakan sarung ke tengah-tengah Mushalla. Pengajian surah Yasin pun terpaksa dihentikan. Tohir megambil mic.

Parodi Malam

Bukan karena aku malam
Siang-siang suram yang berlompatan
Hingga hilang,tak terlukis

Seperti burung layang,
hinggap tenang di atas nampan bimbang...
Seperti lagu nelayan lajang
Seperti piring emas raja terpajang lesu

Semusim sudah
Hingga haruskah kubentang lagi jala rindu
Di setiap sudut hari yang bergelut waktu
Atau harus kukoyak-koyak kulit pipiku
Dan harus kucabik-cabik urat nadiku
Karena siang tak pernah lupa merajut malam
Menunggumu sungguh, tak terbilang lelah!