Sunday, August 5, 2012

Jam


buku kumpulan cerpen Lelaki Dilarang Menangis
Di rumah kami ada sebuah jam dinding. Satu-satunya jam dinding. Jam dinding itu sengaja kugantung di ruang tengah. Alasannya sederhana, agar aku mudah melihatnya setiap kali hilir mudik di dalam rumah. Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari jam dinding itu. Biasa-biasa saja. Bentuknya pun seperti jam dinding kebanyakan, bundar dengan warna putih yang dominan kecuali bingkainya yang berwarna merah, dan berdetak tiap detik.
Saat kuperhatikan, sekilas jam itu tampak normal. Dan siapapun yang memerhatikan, pasti juga akan berpikir demikian. Aku sendiri tidak yakin kalau jam itu ternyata terlambat satu jam. Awalnya kusadari ketika azan magrib. Aku sontak terkejut melihat jam itu baru menunjuk pukul setengah enam, padahal biasanya azan magrib berkumandang sekitar pukul setengah tujuh. Karena tak percaya, aku segera memeriksa jam di ponsel. Ternyata memang benar, terlambat satu jam.