Bukit Batas - Seperti pesta bujang, Sabtu-Minggu (1-2 November 2014), dua hari terakhir masa libur kami sebelum dinas di rumah sakit-rumah sakit, kami habiskan untuk 'bertenda' di Bukit Batas, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan.
Bukit yang memiliki pemandangan menakjubkan ini mendadak booming setelah banyak yang mengupload foto dan menshare-nya di sosial media. Maka tidak mengherankan, jika satu bulan terakhir setiap akhir pekan bukit ini sangat ramai layaknya pasar.
***
Sebagaimana yang sudah kita maklumi bersama, jika perjalanan direncanakan jauh hari, biasanya justru gagal. Perjalanan kami ini terlaksana justru karena sifatnya yang dadakan. Malam Jumat Tri ke kontrakanku, saat itulah kami berdua merencanakan ini. Rencananya, agar tidak ribet kami hanya akan berangkat berdua saja tanpa mengajak teman yang lain. Malam itu juga aku mendapatkan nomor HP paman pemilik kapal yang biasa membawa pengunjung dari Riam Kanan ke Pulau Pinus, pintu masuk Bukit Batas. Setelah menanyakan harga, kami tercengang: 450 ribu! Dan itu tak bisa ditawar lagi.
Rencana kami hanya berangkat berdua pun harus kami ubah. Kami menghubungi kawan-kawan lain yang mungkin bisa diajak. Targetnya adalah 10 orang, sehingga kami hanya perlu patungan 45 ribu untuk ongkos kapal.
Sabtu siang, waktu yang telah kami sepakati untuk berangkat, terkumpullah 13 orang: aku, Tri, Rofik, Zehek, Abob, Ica, Ufik, Yudis, Rijal, Pacar Rijal, Teman Pacar Rijal, Aya (bukan perempuan), dan Pak Jarot (teman Aya di TNI). Enam orang pertama adalah mereka yang hari liburnya tinggal 2 hari itu.
Pukul 12.30 kami berangkat. Sekitar pukul dua siang, kami telah tiba di Riam Kanan dan di sana telah menunggu Paman Otong, pemilik kapal yang kami sewa. Namun kata Paman Otong dia tidak bisa mengantar karena kesibukan, dan akan digantikan teman sejawatnya, Abah Nisa. Sebelum naik kapal, kami mengisi perut dulu di Riam Kanan. Lalu kami naik kapal yang ukurannya cukup besar. Bahkan terlalu besar untuk kami ber-13.
Sekitar satu jam, kami sampai di Pulau Pinus yang merupakan pintu masuk menuju Bukit Batas. Di sini, kami foto-foto dulu sejenak. Dari Pulau Pinus, kami menyeberang jembatan ke 'pulau' di sebelahnya.
Dari sinilah perjalanan mendaki dimulai. Kami melewati perkampungan warga, di mesjid kami singgah untuk shalat dan buang hajat. Melewati rumah kepala RT 2, kami dikenakan retribusi sebesar 5 ribu rupiah perorang. Bukan masalah, karena menurut teman yang sering ke sini dana itulah yang digunakan untuk biaya pembersihan Bukit Batas dari sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung. Kami juga mengisi semacam buku tamu. Dari situ kami tahu bahwa di atas sana sudah ada 80-an orang mendaki.
Pendakian berlanjut, dan permukiman warga sudah tidak tampak lagi. Semakin ke atas, jalan semakin curam. Zehek yang punya kebiasaan merokok berkali-kali 'tersandar' bahkan 'terbaring'. Beda sekali dengan Aya dan Pak Jarot, jalan mendaki ke Bukit Batas bagi dua tentara ini tampaknya upil belaka.
Sampai di atas, kami tercengang, bukan hanya oleh pemandangan yang memukau, tapi juga karena beberapa warung yang ada di sana. Kami yang telah membawa banyak minuman dan makanan benar-benar kecewa. Kalau tahu begini, tak perlu repot-repot bawa bekal! Tapi sekali lagi, pemandangannya memang luar biasa.
Kami berisitirahat, main UNO, ngobrol sama bule dari Swiss, dan tentunya, apa lagi kalau bukan: foto-foto!
Kami juga menyiapkan tenda. Hanya ada satu tenda, dan itu untuk para perempuan dan untuk menaruh tas. Sementara para laki-laki akan tidur tanpa tenda di atas matras (dalam hal ini karpet, tikar plastik, dan jas hujan). Kami juga membeli beberapa ikat kayu bakar di warung untuk menghangatkan malam nanti.
Para pengunjung kian berdatangan. Begitu banyak. Menurut Dilah dan Kak Nanda, teman yang tiap akhir pekan ke sini dalam rangka jasa paket trip, minggu yang lalu saja ada 700-an yang naik, entah hari ini. Selain Dilah dan Kak Nanda, dari sekian banyak orang itu aku juga bertemu Wahyu, Subhan, dan Haji Halim. Mereka adalah teman saat di pesantren dulu.
Langit gelap. Malam merambat. Pengunjung masih terus berdatangan. Kartu UNO yang kami bawa benar-benar memberikan manfaatnya malam ini. Entah berapa jam waktu yang kami habiskan untuk memainkannya dan menertawakan yang bernasib sial hingga perut keram.
Potongan kecil tikar yang dibawa Abob tak henti-hentinya jadi bahan olok-olokan teman-teman. Malam itu sungguh menyenangkan, dan beruntung sekali karena tidak turun hujan.[]
Bukit yang memiliki pemandangan menakjubkan ini mendadak booming setelah banyak yang mengupload foto dan menshare-nya di sosial media. Maka tidak mengherankan, jika satu bulan terakhir setiap akhir pekan bukit ini sangat ramai layaknya pasar.
***
Sebagaimana yang sudah kita maklumi bersama, jika perjalanan direncanakan jauh hari, biasanya justru gagal. Perjalanan kami ini terlaksana justru karena sifatnya yang dadakan. Malam Jumat Tri ke kontrakanku, saat itulah kami berdua merencanakan ini. Rencananya, agar tidak ribet kami hanya akan berangkat berdua saja tanpa mengajak teman yang lain. Malam itu juga aku mendapatkan nomor HP paman pemilik kapal yang biasa membawa pengunjung dari Riam Kanan ke Pulau Pinus, pintu masuk Bukit Batas. Setelah menanyakan harga, kami tercengang: 450 ribu! Dan itu tak bisa ditawar lagi.
Rencana kami hanya berangkat berdua pun harus kami ubah. Kami menghubungi kawan-kawan lain yang mungkin bisa diajak. Targetnya adalah 10 orang, sehingga kami hanya perlu patungan 45 ribu untuk ongkos kapal.
Sabtu siang, waktu yang telah kami sepakati untuk berangkat, terkumpullah 13 orang: aku, Tri, Rofik, Zehek, Abob, Ica, Ufik, Yudis, Rijal, Pacar Rijal, Teman Pacar Rijal, Aya (bukan perempuan), dan Pak Jarot (teman Aya di TNI). Enam orang pertama adalah mereka yang hari liburnya tinggal 2 hari itu.
Pukul 12.30 kami berangkat. Sekitar pukul dua siang, kami telah tiba di Riam Kanan dan di sana telah menunggu Paman Otong, pemilik kapal yang kami sewa. Namun kata Paman Otong dia tidak bisa mengantar karena kesibukan, dan akan digantikan teman sejawatnya, Abah Nisa. Sebelum naik kapal, kami mengisi perut dulu di Riam Kanan. Lalu kami naik kapal yang ukurannya cukup besar. Bahkan terlalu besar untuk kami ber-13.
Sekitar satu jam, kami sampai di Pulau Pinus yang merupakan pintu masuk menuju Bukit Batas. Di sini, kami foto-foto dulu sejenak. Dari Pulau Pinus, kami menyeberang jembatan ke 'pulau' di sebelahnya.
Pulau Pinus |
Jembatan Antar Pulau |
Dari sinilah perjalanan mendaki dimulai. Kami melewati perkampungan warga, di mesjid kami singgah untuk shalat dan buang hajat. Melewati rumah kepala RT 2, kami dikenakan retribusi sebesar 5 ribu rupiah perorang. Bukan masalah, karena menurut teman yang sering ke sini dana itulah yang digunakan untuk biaya pembersihan Bukit Batas dari sampah-sampah yang ditinggalkan pengunjung. Kami juga mengisi semacam buku tamu. Dari situ kami tahu bahwa di atas sana sudah ada 80-an orang mendaki.
Pendakian berlanjut, dan permukiman warga sudah tidak tampak lagi. Semakin ke atas, jalan semakin curam. Zehek yang punya kebiasaan merokok berkali-kali 'tersandar' bahkan 'terbaring'. Beda sekali dengan Aya dan Pak Jarot, jalan mendaki ke Bukit Batas bagi dua tentara ini tampaknya upil belaka.
Sampai di atas, kami tercengang, bukan hanya oleh pemandangan yang memukau, tapi juga karena beberapa warung yang ada di sana. Kami yang telah membawa banyak minuman dan makanan benar-benar kecewa. Kalau tahu begini, tak perlu repot-repot bawa bekal! Tapi sekali lagi, pemandangannya memang luar biasa.
Warung yang Bikin Kecewa Para Pembawa Bekal |
Kami berisitirahat, main UNO, ngobrol sama bule dari Swiss, dan tentunya, apa lagi kalau bukan: foto-foto!
Kami juga menyiapkan tenda. Hanya ada satu tenda, dan itu untuk para perempuan dan untuk menaruh tas. Sementara para laki-laki akan tidur tanpa tenda di atas matras (dalam hal ini karpet, tikar plastik, dan jas hujan). Kami juga membeli beberapa ikat kayu bakar di warung untuk menghangatkan malam nanti.
Siluet Abob dan Ica, Menikmati Sunset Berdua |
Sunset di Bukit Batas |
Para pengunjung kian berdatangan. Begitu banyak. Menurut Dilah dan Kak Nanda, teman yang tiap akhir pekan ke sini dalam rangka jasa paket trip, minggu yang lalu saja ada 700-an yang naik, entah hari ini. Selain Dilah dan Kak Nanda, dari sekian banyak orang itu aku juga bertemu Wahyu, Subhan, dan Haji Halim. Mereka adalah teman saat di pesantren dulu.
Langit gelap. Malam merambat. Pengunjung masih terus berdatangan. Kartu UNO yang kami bawa benar-benar memberikan manfaatnya malam ini. Entah berapa jam waktu yang kami habiskan untuk memainkannya dan menertawakan yang bernasib sial hingga perut keram.
Potongan kecil tikar yang dibawa Abob tak henti-hentinya jadi bahan olok-olokan teman-teman. Malam itu sungguh menyenangkan, dan beruntung sekali karena tidak turun hujan.[]
Foto-foto di Pagi Hari |
Si Bule Pulangnya Nebeng Kami |
Saya belum juga kesampaian ke tempat2 itu, padahal udah ngiler level 5. Landscapenya sumpah keren ^^b
ReplyDeleteapa gerangan yg menghalangi sehingga belum juga kesampaian? :D
DeleteIndah banget permandangannya... Mau tanya mas. Enaknya itu misal libur sabtu minggu berangkat hari sabtu pagi trus sampai puncak bukit batasnya kapan ya? Sekira minggu sore udah bsa pulang. :D
ReplyDeleteenaknya sabtu siang aja mbak... minggu pagi langsung pulang juga bisa..
Deleteakhir tahun kalau ada yg mau mendaki ke bukit batas hbungi sya ya di 087815427783 siapa tau kita bisa bareng bareng
ReplyDeleteada agenda kmna lgi ni bang?
Deleteayo k mahameru bulan juni minggu pertama
ReplyDeletewah..... nggak ada duit dan waktunya ni bang.. hee
DeleteUntuk sekarang kira2 ongkos sewa kapalnya berapaan ya bng ? Kira2 brg yg perlu dibawa apa aja bg soalnya sy dari kalteng jadi masih belum tau medan disana 😁
ReplyDeletesewa kapal sekitar 300-400 rb, tergantung nego.
Deletepersiapan cuma persiapan camping seperti biasa: tenda, matras, lampu. pastikan bawa makanan dan minuman juga.
Pengen juga kesini, tapi blum ada temennnya,
ReplyDeletekalau mau saya temenin boleh mbak.. hehe
DeleteMas.. bsa minta no hp nya paman kapal itu gk?
ReplyDelete082358443504
DeleteMas.. bsa minta no hp nya paman kapal itu gk?
ReplyDeleteKlo berangkat ke bukit sana? Ga tau jalannya bs smp ga ya? Susah ga cr jlnnya?
ReplyDeleteenak banget jalannya.. sudah ada papan penunjuk arahnya kok. lagipula hanya ada 1 jalan. hehe
DeleteKalo misal bawa motor pas di dermaga mau nyebrang ke bukitnya, tu ada parkiran motornya gak bang?
ReplyDeleteada.. dihitung perhari. kalo gak salah 5rb/hari
DeleteKlo brngkatnya 12.30 dan tibanya skitar pkul 2, brrti lama prjalanan kira2 1 setengah jam ya ?
ReplyDeleteKlo brngkatnya pagi jam 7an dri banjarmasin, kira2 sorenya bisa balik ke banjarmasin langsung gak ya ?
Iya. Bisa dong mbak.. Cuma ya bakal capek aja. Hehe
DeleteIya. Bisa dong mbak.. Cuma ya bakal capek aja. Hehe
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMantap nih... tapi sampai sekrg masih belum kesampaian mau kesana... gak punya kenalan yg tau route nya...
ReplyDeleteboleh hubungi saya om :)
DeleteMendakinya jauh gak mas? Perlu waktu berapa lama?semisal turun hujan jalanannya bakalan enak n aman aja gak yah
ReplyDeleteLumayan,mungkin sekitar setengah jam, atau lebih. (waktu itu gak menghitung berapa lama). insya Allah aman aja, soalnya tidak curam, cukup landai.yg penting hati-hati & jgn pakai sandal jepit XD
DeleteAda yang punya rencana akhir tahun ini gak ksna ? Kalo ada biar bisa sama sama , hub ksni ya (line : iyafilla) ��
ReplyDeletesdh saya hubungi. wkwkwkkwk
DeleteIzin save fto yaa
ReplyDeletesilakan om. boleh2 saja...
DeleteHalo, baiknya k sana weekend atao wek days? Klo pergi sendiri kira2 bisa bareng rombongan lain? Atau barangkali ada no kak dilah atau kak nanda, utk jasa trip?
ReplyDeletekalau weekend biasanya ramai, kalau weekdays nggak, jadi terserah aja mau kapan. :)
Deletetergantung rombongannya, tapi biasanya sih bisa aja, malah senang karena ada tambahan teman. hehe
Dilah: 085248481912
Nanda; 085251883555
Halo Mas Zian salam kenal saya Hardi dari Jakarta. Awal tahun depan saya akan explore Kalsel dan sepertinya tempat ini menarik. Boleh tahu akun Instagram mas apa siapa tau menjadi inspirasi saya mengunjungi tempat2 di Kalsel nantinya dan bisa sekalian tanya2 nanti kalau ada info yang mungkin saya butuhkan. Terima kasih.
ReplyDeletesalam kenal mas Hardi. lha aku sekarang justru tinggal d jkt mas. :D
Deleteklau mau explore jkt & sekitarnya ajakin aku ya mas. ig ku @zianarmie ig mas apa ya mkasih...
Oaaalah tinggal di Jkt juga toh? kirain stay di Kalsel hehehe. Kalo gt kapan2 bisa konsultasi langsung dong kalo saya mau explore Kalsel hehehe. Saya sudah follow IG nya mas Zian. Thanks
DeleteDi sana ada jasa sewa tenda ga mas?
ReplyDeletemantap perjalanannya
ReplyDeleteagen viagra
pil biru
obat hammer