Friday, October 7, 2011
Dialog
Di awal sajak kita berbincang
Kau lahir dari rahim hampa
Lalu tumbuh di dermaga sepi
Pada petala langit, kau eja lagi mimpi tadi malam
Hujan yang basah
Matahari yang meleleh
Dan kota-kota angin telah mencerabut kata-kata yang kau susun dalam sajak
Dalam hutan dan sungai
O, jalanan menjadi arus bersama kecipak-riak
Di sisi bangku taman itu, bunga-bunga menyemai harum kelopaknya
Dialog kita sampai hingga klausa tervulgar
Kalimatmu terhenti pada raung motor yang tumpah
"Topan sudah mengotak-ngotakkan tanahku"
Gunung merendah, gedung membuncah
Lalu kau turunkan sunyi ini
Dalam dialog yang sama, kita merapatkan kalimat-kalimat lagi
Marabahan, Juni 2011
(Puisi ini imuat dalam buku Balian Jazirah Anak Ladang, sebagai 30 puisi nominasi Aruh Sastra Kal Sel VIII 2011)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Berbicara mengenai destinasi wisata Kalsel , maka saya pikir Kotabaru adalah jawaban terbaik. Begitu banyaknya tempat-tempat yang memukau ma...
-
Aku berusia 32 tahun sedangkan dia 18... Jika kau berpikiran seperti itu maka akan terkesan konyol. Aku baru berusia 32 tahun, sementara...
-
Kemarin postingan saya berjudul "Jihad Luar Biasa" masuk koran Banjarmasin Post. Sebenarnya postingan itu postingan lama, dan se...
No comments:
Post a Comment