Thursday, August 10, 2023

Cerpen Haruki Murakami: Komunike* Kanguru


Cerpen haruki murakami komunike kanguru


Hai apa kabar?

Pagi ini saya ke kebun binatang dekat rumah untuk melihat kanguru. Bukan kebun binatang yang besar, tapi entah bagaimana mereka berhasil mengumpulkan hampir semua jenis binatang - mulai dari gorila hingga gajah. Tetapi jika apa yang Anda cari adalah seekor llama atau trenggiling, maka Anda sebaiknya tidak pergi ke sana. Tidak ada llama maupun trenggiling. Juga tidak ada impalas ataupun hyena. Bahkan macan tutul.

Akan tetapi, mereka punya empat kanguru.

Salah satunya masih bayi, lahir dua bulan lalu. Dan ada satu jantan dan dua betina. Entah bagaimana struktur keluarga empat kanguru ini.

Setiap kali melihat kanguru, saya selalu merasa aneh memikirkan bagaimana rasanya menjadi salah satu dari mereka. Untuk apa mereka melompat-lompat di sekitar tempat konyol seperti Australia? Hanya untuk dibunuh dengan tongkat canggung semacam bumerang?

Saya sungguh tidak mengerti.

Tapi, ya sudahlah. Toh bukan masalah besar.

Pokoknya, ketika sedang melihat kanguru saya mendapati diri saya ingin mengirimi Anda surat.

Anda mungkin berpikir ini agak aneh. Mungkin Anda akan bertanya-tanya, “Mengapa kamu ingin mengirimiku surat setelah melihat kanguru? Apa hubungannya kanguru denganku?" Tapi tolong jangan terlalu merisaukannya. Tidak ada apa-apa. Kanguru adalah kanguru dan Anda adalah Anda.

Maksud saya begini:

Ada 36 langkah rumit antara kanguru dan Anda, dan kalau saya ikuti langkah-langkah ini satu per satu dalam urutan yang benar, saya akan sampai di tempat Anda berada. Hanya itu yang bisa saya katakan. Bahkan seandainya saya mencoba menjelaskan semua langkah ini satu per satu, saya tidak yakin Anda bisa mengerti dan lagipula saya sendiri bahkan tidak bisa mengingatnya.

Karena semuanya ada 36!

Seandainya satu saja dari langkah-langkah ini kacau, saya tentu tidak akan mengirimi Anda surat ini. Bisa saja, saya malah tiba-tiba memutuskan berada Samudera Antartika meluncur di punggung paus sperma. Atau mungkin saja saya justru membakar kios rokok di dekat sini.

Nah, dipandu oleh susunan 36 kebetulan ini, di sinilah saya, mengirimi Anda surat.

Aneh, bukan?


*


Baiklah, kalau begitu, biar saya memperkenalkan diri dulu.


*


Usia saya 26 tahun, dan bekerja di bagian kontrol produk di sebuah pusat perbelanjaan. Ini--seperti yang pasti dapat Anda bayangkan dengan mudah--pekerjaan yang sangat membosankan. Pertama, kami memeriksa barang-barang yang dibeli oleh bagian pembelian guna melihat apakah ada cacat. Kami melakukan ini untuk memastikan tidak ada kolusi antara bagian pembelian dan pihak pemasok, tetapi sebenarnya, ini adalah pekerjaan yang cukup longgar. Beberapa sentuhan pada gesper sepatu sambil berbincang-bincang, beberapa gigitan pada permen sampel—itu saja. Hanya begitulah yang dimaksud dengan kontrol produk.

Dan satu pekerjaan lagi, sebenarnya pekerjaan utama kami, yaitu menanggapi keluhan pelanggan. Katakanlah, misalnya, dua pasang stocking baru keduanya timpang, atau mainan beruang yang jatuh dari meja dan tidak berfungsi lagi, atau jubah mandi menyusut seperempat setelah dicuci pertama kali. Jenis keluhan semacam itu.

Anda mungkin tidak sadar, tapi jumlah keluhan ini sangatlah banyak. Cukup untuk membuat empat staf berlarian kesana-kemari seperti orang gila, hari demi hari. Beberapa keluhan bisa dibenarkan, dan beberapa memang keterlaluan. Dan ada juga yang sulit ditempatkan di kedua kelompok itu.

Supaya memudahkan, kami mengelompokkan keluhan-keluhan itu menjadi tiga kategori; A, B, dan C. Di tengah ruangan ada tiga kotak besar berlabel A, B, dan C, dan kami melemparkan surat-surat ke dalamnya. Kami menyebutnya "Tiga Tingkat Akal Sehat". Ini hanya lelucon internal kami. Tolong jangan terlalu dipikirkan.

Pokoknya, tiga kategori itu adalah sebagai berikut:

A. Keluhan masuk akal. Kasus-kasus di mana perusahaan kami harus bertanggung jawab. Kami mengunjungi rumah pelanggan dengan membawa kotak-kotak permen dan menukar barang yang dipermasalahkan.

B. Kasus-kasus garis batas, di mana perusahaan kami tidak dapat disalahkan, baik secara moral, hukum, atau berdasar praktik bisnis standar. Agar tidak merusak reputasi toko, dan untuk menghindari masalah yang tidak perlu, kami mengambil tindakan yang sesuai.

C. Kelalaian pelanggan. Jika jelas kesalahan pelanggan, kami memberikan penjelasan tentang situasinya dan membiarkannya begitu saja.

Sekarang, mengenai keluhan Anda beberapa hari yang lalu, kami mempertimbangkan masalah ini dengan serius dan pada akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa keluhan Anda hanya dapat diklasifikasikan sebagai kategori C. Alasan kami tidak bisa menukarnya adalah—siap? dengarkan baik-baik! (1) piringan hitam itu sudah dibeli (2) sudah satu minggu lewat (3) tanpa struk pembelian. Ke penjuru dunia manapun Anda pergi, Anda tidak akan bisa menukarnya. 

Apakah Anda paham apa yang saya katakan?

Itu saja penjelasan formal saya. Keluhan Anda ditolak.


*


Namun, terlepas dari formalitas--yang mana sebenarnya selalu saya lakukan--reaksi pribadi saya terhadap keluhan Anda--bahwa Anda dengan kelirunya membeli Brahms bukannya Mahler--adalah sebuah simpati yang tulus. Ini tidak bohong. Dan itulah tepatnya mengapa alih-alih memo kantor ala kadarnya, saya justru mengirimi Anda pesan intim semacam ini, dalam arti tertentu.


*


Sejujurnya, seminggu terakhir ini saya sudah berulang kali mencoba menulis surat untuk Anda. "Kami menyesal memberitahu Anda bahwa kebijakan perusahaan kami tidak membolehkan menukar kembali piringan hitam yang sudah dibeli, meskipun surat Anda sudah membuat saya tersentuh, dan secara pribadi... bla, bla, bla." Surat seperti itu. Namun saya tidak pernah berhasil menulisnya dengan baik. Bukannya saya tidak pandai menulis surat. Hanya saja, setiap kali saya berpikir menulis untuk Anda, pikiran saya justru jadi kosong, dan kata-kata yang keluar selalu tidak tepat. Ini hal yang aneh.

Jadi saya memutuskan untuk tidak merespon sama sekali. Daripada saya mengirimi Anda surat yang tidak lengkap, lebih baik tidak usah sama sekali. Bukankah begitu? Begitulah menurut saya. Pesan yang dokomunikasikan dengan tidak sempurna layaknya jadwal kereta yang kacau.

Tetapi pagi ini, seolah dituntun oleh takdir, di depan kandang kanguru, saya mengalami akumulasi 36 kebetulan tersebut dan mendapat ilham. Inilah prinsip yang akan kita sebut ketidaksempurnaan agung.

Nah, apa itu ketidaksempurnaan agung? barangkali Anda akan bertanya-tanya--memangnya siapa yang tidak? Yah, sederhananya, itu mungkin semacam seseorang pada dasarnya memaafkan orang lain. Saya memaafkan kanguru, kanguru memaafkan Anda, Anda memaafkan saya-cuma sebagai contoh.

Ehemmm.

Namun, siklus semacam ini tidak permanen; suatu hari kanguru mungkin tidak ingin memaafkan Anda. Tapi jangan marah pada kanguru hanya karena ini. Itu bukan kesalahan kanguru ataupun Anda. Dan itu juga bukan salah saya. Kanguru juga memiliki alasan yang sangat rumit untuk itu. Memangnya siapa yang bisa mengkritik kanguru?

Jadi satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah menangkap peluang ini secepatnya. Menangkap momen ini secepat mungkin dalam sebuah foto langsung jadi. Di sana, di tengah foto, dari kiri ke kanan: Anda, kanguru, saya.

Saya menyerah mencoba menuliskannya. Mau bagaimanapun, tulisannya selalu terasa tidak tepat. Misal, jika saya menulis kata "kebetulan", apa yang Anda rasakan dari kata "kebetulah" ini mungkin sama sekali berbeda-atau bahkan berkebalikan-dengan apa yang saya rasakan dari kata tersebut. Ini tidak adil, jika boleh saya katakan. Saya hanya tersisa celana dalam, sementara Anda cuma melepas tiga kancing blus. Ini sungguh tidak adil.

Oleh karenanya saya membeli kaset pita, dan memutuskan merekam surat untuk Anda itu secara langsung. 


[Bersiul. Delapan baris “The Colonel Bogey March.”]


*


Cek, Anda bisa dengar saya?


*


Saya tidak yakin bagaimana perasaan Anda ketika menerima surat ini--maksud saya kaset. Saya bahkan tidak bisa membayangkan. Mungkin Anda akan sangat kesal. Kenapa? ... Karena sangat tidak biasa bagi seorang karyawan kontrol produk di sebuah pusat perbelanjaan untuk merespon keluhan pelanggan dengan rekaman kaset pita—dengan pesan personal pula! Dan jika dilihat dari sudut pandang Anda, ini tentunya benar-benar bodoh. Seandainya Anda sangat marah, sampai-sampai Anda mengirim rekaman ini kembali ke bos saya, itu akan menempatkan saya dalam posisi yang sangat sulit di kantor.

Tapi jika itulah yang Anda ingin lakukan, silakan lakukan.

Jika itu terjadi, saya tidak akan marah atau membenci Anda.

Cukup jelas? Kita punya hak yang sama 100%: Saya punya hak untuk mengirimkan surat kepada Anda dan Anda punya hak untuk mengancam mata pencaharian saya.

Bukankah begitu?

Kita berada pada posisi yang sama. Ingatlah itu.


*


Oh, benar, saya lupa memberitahu Anda. Saya menamai surat ini dengan “Komunike Kanguru.”

Maksud saya, semuanya butuh nama, bukan?

Sebagai contoh, Anda mencatat di buku harian. Alih-alih menulis sesuatu yang panjang dan berbelit-belit seperti "Hari ini aku menerima jawaban untuk keluhanku dari karyawan kontrol produk pusat perbelanjaan," Anda cukup menulis "Hari ini aku menerima 'Komunike Kanguru'". Dan itu nama yang menarik, bukan? Komunike Kanguru: Anda akan membayangkan seekor kanguru melompat-lompat dari padang rumput yang jauh, datang menghampiri Anda, dengan sepucuk surat di kantongnya.

[Tap tap tap (bunyi meja dipukul)]

Sekarang sedikit ketukan.

[Tok tok tok]

Anda bisa dengar?

Jangan membuka pintu jika Anda tidak mau. Tidak apa-apa. Jika Anda tidak ingin mendengarkan lagi, tolong hentikan rekaman ini dan lempar ke tempat sampah. Saya hanya ingin duduk sebentar di luar pintu Anda dan berbicara sendiri, itu saja. Saya sama sekali tidak tahu apakah Anda mendengarkan saya atau tidak. Karena saya tidak tahu, maka tidak masalah apakah Anda mendengarkan atau tidak, iya kan? Ha ha ha.


*


Oke, bodoh amat lah, ayo kita lakukan.


***


Namun tetap saja, urusan ketidaksempurnaan ini cukup merepotkan. Siapa sangka bicara di depan mikrofon tanpa naskah atau rencana begini akan sangat sulit. Saya merasa seolah sedang berdiri di tengah padang pasir sambil menyiram air ke sekeliling dengan cangkir. Tidak ada yang bisa dilihat dan tidak ada respon.

Itulah sebabnya selama ini saya bicara pada meteran VU. Anda tahu, meteran VU? Alat dengan jarum yang bergerak mengikuti volume? Saya tidak tahu apa arti V atau U ini, tetapi apapun itu, mereka adalah satu-satunya hal yang menunjukkan reaksi terhadap bualan saya.

Hei, hei.

Namun demikian, kriteria mereka sungguh sangat sederhana.

V dan U ini seperti, yah, sepasang pelawak. Jika bukan V, maka U, jika bukan U, maka V. Sungguh dunia yang indah. Tidak ada bedanya bagi mereka apapun yang saya omongkan. Yang mereka minati hanyalah seberapa banyak suara saya membuat udara bergetar. Itu saja. Bagi mereka, karena udaranya bergetar, saya ada.

Bukankah itu hebat?

Ketika saya melihat mereka, saya merasa ingin mengatakan sesuatu, hanya supaya terus berbicara.

Hahhh...

Itu membuat saya teringat. Belum lama ini saya menonton film yang sangat menyedihkan. Film itu tentang seorang pelawak yang tidak bisa membuat siapa pun tertawa, tidak peduli lelucon apapun yang dia lontarkan. Paham maksud saya? Tidak ada satu jiwa pun yang akan tertawa.

Nah, berbicara dengan mikrofon seperti sekarang ini, tiba-tiba saya ingat film itu.

Semua ini sungguh aneh.

Kalimat yang sama yang diucapkan oleh seseorang membuat Anda mati terpingkal-pingkal, tetapi ketika diucapkan oleh orang lain sama sekali tidak lucu. Aneh bukan? Semakin saya memikirkannya, saya menjadi yakin bahwa perbedaan itu adalah bawaan sejak lahir. Maksud saya, coba lihat, setengah lingkaran daun telinga Anda melengkung sedikit lebih lebar dibanding orang lain, kira-kira seperti itu.

Terkadang saya berpikir alangkah bahagianya seandainya saya punya bakat itu. Saya selalu terpingkal-pingkal sendiri ketika sesuatu menggelitik saya, tetapi saat mencoba mengatakannya kepada orang lain, itu menjadi tidak lucu sama sekali. Ini membuat saya merasa seperti Manusia Pasir Mesir. Lebih lagi, ini...

Sebentar, Anda tahu tentang Manusia Pasir Mesir?

Hmm, baiklah, begini, Manusia Pasir Mesir lahir sebagai pangeran Mesir. Dahulu kala, zaman ketika ada piramida dan sphinx dan semuanya itu. Tetapi karena wajahnya jelek--maksud saya, benar-benar jelek--raja memerintahkan dia diasingkan jauh di dalam hutan. Dan apa yang terjadi selanjutnya adalah dia dibesarkan oleh serigala, atau mungkin monyet. Anda tahu lah, cerita-cerita semacam itu. Lalu entah bagaimana, dia menjadi Manusia Pasir. Apapun yang disentuh Manusia Pasir berubah jadi pasir. Angin berubah jadi badai pasir, sungai jadi aliran pasir, dan padang rumput berubah jadi gurun pasir. Begitulah kisah Manusia Pasir. Pernah dengar sebelumnya? Belum pernah, kan? Itu karena saya baru saja mengarangnya. Ha ha ha.

Ngomong-ngomong, ngobrol dengan Anda seperti ini bikin saya merasa seperti jadi Manusia Pasir. Semua yang saya sentuh berubah jadi pasir, pasir, pasir, pasir, pasir, pasir....


***


Entah bagaimana, saya terlalu banyak membicarakan diri sendiri. Tapi kalau dipikir-pikir, itu memang tidak bisa dihindari. Karena saya tidak tahu apa-apa tentang Anda. Yang saya tahu tentang Anda adalah nama dan alamat Anda, itu saja. Saya tidak tahu berapa usia Anda, berapa penghasilan Anda setahun, bagaimana bentuk hidung Anda, apakah Anda gemuk atau kurus, sudah menikah atau belum. Tapi itu tidak penting. Bahkan mungkin lebih baik saya tidak tahu. Saya ingin menangani semuanya secara sederhana, sesederhana mungkin, secara metafisik.

Maksud saya adalah, saya punya surat keluhan Anda di sini.

Hanya itu yang saya butuhkan.

Sama seperti ahli zoologi mengumpulkan sampel kotoran di hutan untuk menyimpulkan kebiasaan makan dan pola aktivitas gajah serta bobot dan kehidupan seksnya, surat Anda memberi saya cukup informasi. Saya sebenarnya bisa merasakan seperti apa Anda sebagai pribadi. Tentu saja, tanpa penampilan Anda, jenis parfum yang Anda kenakan, detail seperti itu. Akan tetapi, diri Anda secara hakiki.

Surat Anda, jujur, sangat menarik. Pilihan kata-kata Anda, tulisan tangan, tanda baca, spasi antara baris, retorika—semuanya sempurna. Mungkin bukan luar biasa. Tetapi sempurna, ya.

Setiap bulan saya membaca lebih dari 500 surat, tetapi jujur, ini pertama kalinya saya membaca satu surat yang membuat saya benar-benar tergerak. Saya diam-diam membawa pulang surat Anda dan membacanya berulang kali. Kemudian saya menganalisis surat Anda secara menyeluruh. Karena surat Anda begitu pendek, tidak ada masalah sama sekali.

Saya menemukan banyak hal setelah menganalisisnya. Pertama-tama, jumlah koma yang luar biasa banyaknya. Untuk setiap titik ada rata-rata 6,36 koma. Banyak sekali, kan? Bukan itu saja. Cara koma digunakan benar-benar bertentangan dengan semua aturan.

Dengar, tolong jangan berpikir saya mengolok-olok tulisan Anda. Karena saya hanya tergerak.

Tergerak.

Dan bukan hanya tanda koma. Setiap bagian surat Anda—sampai setiap noda tinta—semuanya membangkitkan saya, semuanya menggetarkan saya.

Mengapa?

Karena, dalam analisis akhir, dalam kalimat-kalimat itu Anda tidak dapat ditemukan. Tentu ada cerita di dalamnya. Seorang gadis-atau seorang wanita-salah membeli piringan hitam. Meskipun ia merasa ada lagu yang janggal di sana, ia tetap membelinya, dan tepat satu minggu kemudian barulah ia sadar kalau piringan hitam yang dibelinya ternyata salah. Petugas penjualan tidak mau menukarnya. Jadi ia menulis surat keluhan. Itulah ceritanya.

Saya harus membaca surat Anda tiga kali sebelum saya mengerti cerita itu. Alasannya adalah, surat Anda sama sekali berbeda dari surat-surat lain yang pernah kami terima. Sederhananya, bahkan tidak ada keluhan dalam surat Anda. Juga tidak ada emosi. Satu-satunya yang ada ... adalah cerita itu sendiri.

Sungguh, Anda bikin saya penasaran. Saya tidak tahu apakah surat Anda dimaksudkan sebagai keluhan, pengakuan, pernyataan, atau mungkinkah surat ini dimaksudkan untuk menyampaikan suatu tesis? Surat Anda mengingatkan saya pada foto berita tentang pembantaian. Tanpa keterangan, tanpa artikel, hanya foto. Foto mayat-mayat yang berserakan di pinggir jalan di suatu negara di suatu tempat.

Saya bahkan tidak tahu apa yang Anda inginkan. Surat Anda seperti kerumitan campur aduk dari sarang semut darurat, tanpa petunjuk di mana ujungnya. Sungguh luar biasa.

Bang bang bang ... begitulah pembantaian Anda.

Itu benar, mari kita sederhanakan lebih lanjut. Membuatnya jadi sangat sangat sederhana.

Maksud saya adalah, surat Anda menggairahkan saya secara seksual.

Sekarang Anda paham kan maksud saya.


*


Ayo kita membahas tentang seks.

[Tok tok tok]


*


Ketukan pintu lagi.

Jika Anda tidak tertarik, silakan matikan kasetnya. Saya akan ngobrol sendirian dengan meteran VU. Bla bla bla.

Oke?


*


Bayangkan ini: Kaki depan pendek dan punya lima jari, sedangkan kaki belakang yang sangat besar punya empat jari. Cuma jari keempat yang sepenuhnya berkembang. Jari kedua dan ketiga sangat kecil dan menyatu... Ini adalah deskripsi tentang kaki kanguru. Ha ha ha.

Baiklah, beralih ke topik seks.


*


Sejak saya membawa pulang surat Anda, yang ada di pikiran saya hanyalah tidur dengan Anda. Ke kasur dengan Anda di samping saya, ketika saya bangun di pagi hari Anda masih di sana. Ketika saya membuka mata, Anda sudah bangun dan saya bisa mendengar suara ritsleting gaun yang Anda kancingkan. Saya akan berada di sana—dan Anda tahu kan betapa halusnya ritsleting gaun? Saya hanya akan menutup mata dan berpura-pura tidur. Saya bahkan tidak akan melihat Anda. Setelah Anda melewati ruangan dan menghilang ke kamar mandi, baru saya akan membuka mata. Saya kemudian makan dan pergi kerja.

Di tengah malam yang gelap gulita--Saya sudah memasang tirai khusus di jendela untuk membuatnya seperti itu--dan tentu saja saya tidak bisa melihat wajah Anda. Saya tidak akan tahu usia atau berat badan Anda, atau apa pun. Sehingga saya juga tidak akan menyentuh tubuh Anda dengan tangan saya.

Tapi, yah ... tidak apa-apa.

Terus terang, tidak masalah apakah saya berhubungan seks dengan Anda atau tidak.

... Tidak, tidak.

Saya tarik kata-kata itu.


*


Baiklah, maksud saya begini. Saya ingin tidur dengan Anda. Tapi tidak apa-apa jika kita tidak melakukannya. Yang saya maksudkan adalah, saya ingin seadil mungkin. Saya tidak ingin memaksa apapun pada siapa pun, sebagaimana saya juga tidak ingin apapun dipaksa pada saya. Cukup merasakan kehadiran Anda di samping saya, atau melihat tanda koma Anda berkeliaran di sekitar saya.

Anda paham kan? Maksud saya begini:

Terkadang, ketika saya berpikir tentang entitas individu, rasanya begitu suram. Segera setelah saya berpikir, tubuh saya terasa seperti akan pecah berkeping-keping.

Misalnya, ketika saya naik kereta. Ada puluhan orang di dalam kereta. Pada prinsipnya mereka hanyalah "penumpang". "Penumpang" yang diangkut dari Aoyama Itchome ke Akasaka Mitsuke. Tapi kadang-kadang saya menyadari bahwa setiap penumpang itu adalah entitas individu yang berbeda. Seperti, apa yang dilakukan orang ini, apa pekerjaan orang itu, mengapa dia naik di Jalur Ginza? Atau apa pun. Tapi ketika mulai terasa tidak nyaman, itu sudah terlambat. Pikiran itu merasuk dan saya tak mampu membendungnya. Sepertinya pekerja kantoran itu mulai botak di kedua sisi dahinya, ... gadis di sana punya kaki berbulu sehingga saya yakin dia hanya mencukurnya seminggu sekali, ... mengapa pemuda itu duduk di sana mengenakan dasi yang warnanya bentrokan? Hal-hal kecil seperti itu. Hingga akhirnya tubuh saya mulai gemetaran dan ingin melompat dari kereta saat itu juga. Suatu hari-Anda mungkin akan tertawa-saya hampir saja menekan tombol rem darurat di samping pintu.

Tetapi hanya karena saya sudah mengatakan ini kepada Anda, jangan berpikir bahwa saya sangat sensitif atau gugup. Saya tidak terlalu sensitif atau gugup. Saya seorang pekerja kantoran sehari-hari yang sangat biasa, jenis yang Anda lihat sehari-hari, yang bekerja di bagian kontrol barang dagangan di sebuah pusat perbelanjaan. Dan saya suka kereta bawah tanah.

Dan saya tidak punya masalah seksual juga. Saya punya pacar, dan sejak sekitar setahun yang lalu kami tidur bersama dua kali seminggu, di mana kami berdua cukup puas dengan itu. Hanya saja saya berusaha untuk tidak terlalu serius dengannya. Saya juga tidak berniat menikahinya. Jika saya berpikir tentang menikah, saya yakin saya akan mulai menganggapnya serius, dan kalau sudah begitu, saya benar-benar tidak yakin kami akan bisa seakrab ini lagi. Maksud saya, begitulah adanya. Anda hidup bersama seorang gadis dan hal-hal ini mulai meresahkan Anda—gigi-giginya tidak terlalu lurus, bentuk kuku jarinya—bagaimana Anda bisa lanjut jika sudah seperti itu?


*


Tolong izinkan saya berbicara lebih banyak tentang diri saya.

Kali ini tanpa ketukan.

Jika Anda sudah mendengarkan sejauh ini, Anda mungkin juga mau mendengarkan sampai akhir. 

Sebentar. Saya mau merokok.

[Fuhhhh Fuhhhh]

Hingga sekarang saya jarang mengatakan sesuatu tentang diri saya kepada siapa pun. Karena sebenarnya memang tidak banyak yang bisa dikatakan. Dan bahkan kalaupun saya melakukannya, mungkin tidak ada yang tertarik.

Jadi mengapa saya menceritakan semua ini kepada Anda?

Itu karena, seperti yang saya katakan sebelumnya, saat ini saya sedang menuju ketidaksempurnaan agung.

Dan apa yang memicu ketidaksempurnaan agung ini?!

Surat Anda dan empat kanguru.

Ya, kanguru.

Kanguru adalah hewan yang menakjubkan, dan saya tidak pernah bosan memandangi mereka, tidak peduli berapa jam lamanya. Apa yang mungkin mereka pikirkan? Mereka melompat-lompat di kandang sepanjang hari, dan sesekali menggali lubang di tanah. Lalu apa yang mereka lakukan dengan lubang yang sudah mereka gali? Tidak ada. Mereka hanya menggali lubang. Ha ha ha.

Kanguru hanya melahirkan satu bayi dalam satu waktu. Jadi begitu satu anak lahir, betinanya langsung hamil lagi. Kalau tidak, populasi kanguru tidak akan pernah bertahan. Ini berarti betina kanguru menghabiskan seluruh hidupnya dengan hamil atau menyusui anak-anaknya. Jika dia tidak hamil, dia menyusui anak-anak; jika dia tidak menyusui anak-anak, dia hamil. Jadi bisa dibilang dia ada hanya untuk memastikan kelangsungan spesies. Spesies kanguru tidak akan bertahan jika tidak ada kanguru, dan jika tujuan mereka bukan untuk terus ada, kanguru tidak akan pernah ada sejak awal.

Lucu sekali, bukan?


*


Tapi saya akan mundur sebentar. Maaf karena urutannya jadi kacau begini.


*


Saya akan bicara tentang diri saya sendiri.

Sebenarnya, saya sangat tidak puas dengan diri sendiri. Ini tidak ada hubungannya dengan penampilan atau kemampuan atau status saya atau semuanya itu. Melainkan hanya karena menjadi diri sendiri. Saya merasa ini sangat tidak adil.

Namun demikian, itu tidak berarti Anda harus menilai saya sebagai seseorang yang suka mengeluh. Saya tidak pernah sekalipun mengeluh tentang pekerjaan atau gaji saya. Tentu, pekerjaan saya tidak ada gunanya, tetapi demikian pula sebagian besar pekerjaan. Dan uang bukan masalah besar.

Biar saya katakan lebih tepat.

Saya ingin berada di dua tempat sekaligus. Itulah satu-satunya keinginan saya. Selain itu saya tidak punya keinginan lain.

Namun entitas individu yang dikenal sebagai saya ini, menghambat keinginan tersebut. Tidakkah menurut Anda ini fakta yang sangat tidak menyenangkan? Keinginan saya ini adalah keinginan yang sederhana, saya pikir. Keinginan saya bukanlah menjadi pemimpin dunia atau jenius artistik. Atau terbang di udara. Saya hanya ingin ada di dua tempat sekaligus. Bukan tiga atau empat, paham? Hanya dua. Saat mendengarkan orkestra di ruang konser, saya ingin bermain sepatu roda. Saat menjadi petugas kontrol produk di pusat perbelanjaan, saya juga ingin menjadi burger McDonald. Saat tidur dengan pacar saya, saya ingin tidur dengan Anda. Saat menjadi entitas individu, saya juga ingin menjadi entitas yang universal.


*


Izinkan saya merokok lagi.

Whoa.

Saya mulai capek.

Saya tidak terbiasa dengan ini, berbicara dengan jujur tentang diri sendiri.

Satu hal yang ingin saya tegaskan: Saya tidak memiliki hasrat seksual terhadap Anda, yang seorang wanita. Seperti yang saya katakan sebelumnya, saya sangat marah pada kenyataan bahwa saya hanya bisa menjadi diri saya sendiri. Menjadi entitas individu membuat saya sangat tidak bahagia. Saya tidak tahan dengan angka ganjil. Jadi saya tidak ingin tidur dengan Anda sebagai entitas individu.

Namun, jika Anda bisa terbelah dua, dan saya bisa terbelah dua, dan keempat orang itu berbagi tempat tidur yang sama bersama-sama, bukankah itu sangat indah? Apakah kamu tidak setuju?


*


Tolong jangan kirim balasan. Jika Anda ingin mengirimi saya surat, silakan kirim ke perusahaan dalam bentuk keluhan. Jika Anda tidak punya keluhan, maka apa pun yang Anda pikirkan.

Yah, itu saja.


*


Saya baru saja mendengarkan rekaman ini sampai ke titik ini. Sejujurnya, saya tidak puas sama sekali. Saya merasa seperti pengurus akuarium yang membiarkan seekor anjing laut mati karena kelalaian. Saya cukup khawatir apakah sebaiknya rekaman ini saya kirimkan kepada Anda atau tidak. Rasanya berlebihan, bahkan untuk standar saya.

Dan sekarang setelah saya sudah memutuskan untuk mengirimnya, saya masih khawatir.

Tetapi apa yang bisa saya katakan, saya berusaha untuk mencapai ketidaksempurnaan, jadi saya harus hidup bahagia dengan pilihan saya. Bagaimanapun, yang mendukung semua ini adalah Anda dan keempat kanguru.


*


Mohon pamit.[]


*) pengumuman atau pemberitahuan resmi dari pemerintah (di surat kabar dan sebagainya), biasanya dikeluarkan sesudah selesai pertemuan diplomatik atau sesudah selesai kegiatan militer tertentu.


Keterangan:

Cerpen ini saya terjemahkan dari The Kangaroo Communiqué, terjemahan Inggris Alfred Birnbaum, dalam kumpulan cerpen The Elephant Vanishes (2003, London: Vintage)


No comments:

Post a Comment