Friday, November 27, 2015

Backpackeran Keliling Jawa (2)

Selasa, 29-9-2015
Jam 4 subuh kereta yang saya tumpangi tiba di Stasiun Tugu, Jogja. Masih terlalu dini untuk ke mana-mana. Hingga pukul 6 pagi barulah saya keluar stasiun. Langit Jogja segera menyambut saya. Saya hirup udara pagi dalam-dalam, kemudian mulai berjalan kaki.
Tidak lama berjalan kaki, saya sudah sampai di jalan Malioboro. Saat dulu ke sini ketika malam, dan ternyata Malioboro di pagi hari sangat berbeda. Namun yang tetap sama adalah tukang becak, bentor, dan delman yang dengan gigih menawarkan jasanya.
"Lima ribu aja mas, keliling-keliling Malioboro sampai Kraton. Dari tadi belum ada narik Mas. Ayo Mas, gimana, Mas?" tawar seorang tukang bentor.
Mendengar 'belum ada narik' hati saya tergerak. Ini mengubah rencana awal saya. Padahal saya cuma ingin jalan kaki saja.
Di atas bentor, kami ngobrol.

"Nanti nginapnya di mana Mas?"
"Belum tahu, Pak." Sebenarnya saya berencana nginap di kost teman saya saat di pesantren dulu, Ihsan, tapi dia belum saya hubungi, jadi belum tahu adalah jawaban yang saya pikir tepat.
"Nah, kalau mau saya carikan penginapan bisa mas, saya carikan yang murah. Mau yang kamar mandi di dalam, atau kamar mandi di luar, ada. Murah-murah, Mas."
"Gak usah Pak, nanti aja nyari penginapannya."
Tukang bentor terdiam. Lalu setelah beberapa saat, "Maaf ya Mas, ini terserah Mas aja. Tapi kalau menurut saya baiknya cari penginapan pagi, baru jalan-jalan. Soalnya kalau sore nanti kehabisan kamar, Mas."
Saat itu saya tidak tahu, bahwa kalimat itu ternyata senjata pamungkas si bapak. Saya percaya.
"Harga penginapannya berapaan, Pak?"
"Beda-beda Mas, yang seratus ada, seratus dua lima ada, seratus lima puluh ada. Nanti ditanya-tanya aja dulu."
Dan itulah yang terjadi berikutnya, kami mendatangi beberapa penginapan untuk menanyakan harga, akhirnya ketemu dengan harga 100.000,-/malam dengan kamar mandi di dalam. Sekian jam kemudian saya nantinya tahu bahwa meski sampai malam pun kita tidak akan kehabisan penginapan, apalagi di hari bukan weekend, dan bahwa ketika tukang becak/bentor/delman membawa pelanggan ke penginapan, mereka mendapat persenan. Dan saya cukup menyesal, karena ketika saya mengabari Ihsan bahwa saya di Jogja, ia langsung menawarkan kostnya sebagai tempat menginap. 100.000,- di sini benar-benar berharga, kawan.
Pagi itu saya mandi, sarapan gudeg, lalu naik bus Trans Jogja di halte Malioboro. Hanya dengan 3.600,- kita bisa keliling-keliling Jogja dengan bus ini. Tujuan pertama di Jogja adalah Candi Borobudur, yah... meskipun sebenarnya Borobudur sudah masuk Jawa Tengah, bukan Jogja lagi. Tapi tentu tidak lengkap bila ke Jogja tidak ke candi Budha terbesar di dunia itu.
Perlu berganti jalur untuk sampai ke Terminal Jombor. Dari Terminal Jombor, saya naik bis jurusan Borobudur, tarifnya 20.000,-. Tiba di terminal Borobudur, masih sekitar 500 meter lagi untuk sampai ke lokasi candi. Saya ingin jalan kaki, tapi matahari sedang panas-panasnya, sementara saya tidak mengenakan jaket. Maka saya memutuskan naik ojek.
Sampai di halaman candi pun, masih perlu berjalan cukup jauh untuk benar-benar sampai di candi. Harga tiket masuk Candi Borobudur adalah 40.000,-
Saat masuk, saya berbarengan dengan seorang laki-laki yang kira-kira baru punya anak satu.
Ia menyapa saya. "Mas sendirian?"
"Iya, Mas?"
"Sama, saya juga sendirian."
"Ya udah, kita barengan aja."
"Ah, syukurlah. Tadi saya bingung ada nggak yang motoin kalo sendirian ke sini."
Kami berkenalan. Menyebut nama dan asal masing-masing. Ternyata ia seorang dokter, dan seperti saya, baru pertama kali ke Borobudur.
"O iya, Mas, kalo pulangnya nanti mau ikut saya naik motor, bisa. Soalnya saya bawa helm dua."
Alhamdulillah! Pekik saya dalam hati.
candi borobudur - jawa tengah
candi borobudur - jawa tengah

candi borobudur - jawa tengah


candi borobudur - jawa tengah


Kembali ke Jogja, saya dijemput Ihsan. Dengan motornya, kami jalan-jalan ke Candi Prambanan. Seperti Candi Borobudur, untuk masuk Candi Prambanan pun perlu membayar tiket seharga 40.000,-
candi prambanan - yogyakarta - jogja
candi prambanan - yogyakarta - jogja


candi prambanan - yogyakarta - jogja

Malamnya, saya dijemput agent Resist Jogja dan diajak kumpul-kumpul di basecamp mereka. Mereka pun ngasih saya invent level 8 yang cukup banyak, dan yang paling penting adalah PK-PK anchor pulau Jawa.
basecamp agen ingress resistance jogjakarta

"Sudah makan gudeg, Mas?" tanya salah seorang agen.
Saya jawab sudah.
"Nah, berarti Mas sudah ke Jogja."

Rabu, 30-9-2015
Pagi hari kedua di Jogja saya jalan kaki dari penginapan menuju Shoping, pasar buku terbesar di Jogja. Sayangnya, di sini saya hanya lihat-lihat. Tidak ada jatah untuk beli buku.
Agak siang, Ihsan menjemput. Dengan berjalan kaki kami jalan-jalan ke Taman Pintar, lalu ke Museum Vredeburg. Selanjutnya, Ihsan mengantar saya ke terminal Jombor.

museum vredeburg - jogja - yogyakarta

museum vredeburg - jogja - yogyakarta

taman pintar - jogja - yogyakarta

Terimakasih banyak, Ihsan. Sejak di pondok dulu saya sudah curiga, jangan-jangan kamu bukan manusia, tapi malaikat.

Dari terminal Jombor, saya naik bis jurusan Semarang dengan membeli tiket seharga 45.000,-
Malam hari saya tiba di Semarang, dan dijemput 'adik' saya yang cantik, Dhea (bukan adik kandung). Saya menginap di rumah neneknya, berisitirahat untuk perjalanan besok yang pasti menyenangkan. Selamat malam, Semarang!

Bersambung...

No comments:

Post a Comment