Monday, February 23, 2015

Jalan-jalan ke Bukit Lintang dan Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies) di Pelaihari, Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Bukit Lintang - Bukit Rimpi
Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut
Bukit Lintang, Tanah Laut

Bukit Rimpi - Pelaihari - Tanah Laut
Bukit Rimpi, Tanah Laut


11 Januari 2015
Minggu, jam 7 pagi, saat di mana kehidupan belum benar-benar berlangsung di kontrakanku. Tapi tidak hari ini. Hari ini, aku, Tri dan Bang Yudis berencana akan ke Bukit Lintang dan Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies), dua bukit di daerah Pelaihari yang akhir-akhir ini ramai dikunjungi (orang Banjarmasin, beberapa bulan ini, memang sedang keranjingan naik bukit!). Rencana memang tidak sepagi ini, tapi aku harus ke acara perkawinan Ka Shinta, teman yang juga pelangganku saat jual buku dulu, pelanggan yang membeli buku dengan alasan yang unik: ia membeli buku-buku Ernest Hemingway karena anaknya akan ia beri nama Ernest, padahal saat itu ia belum menikah apalagi punya anak. Ka Shinta membeli nyaris semua buku-buku karangan Ernest Hemingway, dan aku sudah menyiapkan kado untuknya tepat satu tahun lalu, sebuah buku Ernest Hemingway yang sudah cukup langka dan bisa kupastikan ia belum punya.
Sekitar pukul 8 aku tiba di Martapura, di tempat acara, setelah sebelumnya beberapa kali bertanya jalan. Tidak butuh waktu lama untuk aku menyerahkan kado ke bagian penerima tamu, makan, bersalaman, lalu pamit. Lega rasanya, buku itu sudah diserahkan pada yang bersangkutan, sebab selama satu tahun ini buku itu terus menggoda untuk jadi milikku saja. Haha…
Dari Martapura, aku mengambil Jalan Cempaka, sampai di Simpang Tiga Bati-Bati, aku mampir di warung gorengan dalam rangka menunggu Tri dan Bang Yudis. Kukira mereka telah tiba di sana lebih dulu, ternyata aku harus menunggu, menunggu yang lama, karena perlu waktu hampir satu jam hingga mereka muncul. Saat mereka tiba, aku tak perlu bertanya untuk tahu jawaban atas keterlambatan mereka: Tri mengajak dua orang temannya, keduanya perempuan (yang belakangan aku tahu nama mereka Iin dan Desty), dan Bang Yudis mengajar tiga orang temannya, satu laki-laki dan dua perempuan (yang laki-laki bernama Agung, dan yang perempuan satunya bernama Rita, satunya lagi aku sudah lupa siapa namanya). Maka berdelapan, kami melanjutkan perjalanan ke arah Pelaihari.

Yang pertama dituju adalah Bukit Lintang. Kami berbelok ke kiri tepat sebelum Bukit Kayangan.
Jalan menuju Bukit Lintang
Jalan menuju Bukit Lintang

Beberapa ratus kilometer, jalan aspal, berganti jalan berbatu dan tanah, dan rumah-rumah penduduk berganti pohon-pohon kelapa sawit. Selain kami berdelapan, pagi itu banyak juga yang melalui jalan itu, yang jelas memiliki tujuan yang sama. Setelah beberapa kali menemui belokan, dan beberapa kali mampir untuk foto-foto, sampailah kami di kaki Bukit Lintang!



Ada banyak pengunjung di sini. Seperti biasa, di mana ada banyak orang, di situ ada warung. Kami istirahat sejenak, kemudian mulai mendaki. Dengan penuh semangat, aku memimpin di depan. Matahari begitu terik. Tapi saat ini tenagaku masih penuh-penuhnya. Beberapa kali stop untuk istirahat, lalu naik lagi. Matahari semakin terik, namun aku masih di depan, masih semangat. Di pertengahan antara puncak dan kaki bukit, Iin dan Desty mengibarkan bendera putih.
Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut

Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut

Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut
Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut

Dari sini, jalur pendakian semakin curam. Bahkan disiapkan tali tambang untuk membantu naik. Lalu, setelah beberapa puluh meter ke atas, semangatku yang tadi berapi-api, meleleh seperti lilin. Satu persatu teman-teman yang meneruskan naik melewatiku yang mengipasi semangatku. Tapi rupanya, panas matahari, dan perut yang tampaknya tengah bermasalah, membuat semangatku semakin meleleh habis. Akhirnya aku pun menyerah… Bukan, ini adalah sebuah kesadaran akan batas kemampuan…. Hehe.
Tidak ada pohon di tempat aku berhenti tersebut. Maka pilihan terbaik adalah turun, menuju tempat Iin dan Desty istirahat di mana di sana ada beberapa pohon untuk bernaung. Maka bertiga, kami menunggu lima orang pejuang yang tersisa sambil foto-foto, dan menghibur diri dengan merasa cukup puas dengan pemandangan dari “setengah perjalanan”.

Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut

Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut
Bukan, itu bukan motor saya....

Bukit Lintang - Pelaihari - Tanah Laut

Cukup lama hingga akhirnya lima orang rombongan kami itu turun dan lantas memamerkan foto-foto dari puncak bukit. Kami kemudian turun, istirahat sebentar, lalu melanjutkan perjalanan menuju Bukit Rimpi atau yang biasa disebut Bukit Teletubbies karena mirip dengan bukit-bukit di acara TV Teletubbies dengan skala yang lebih besar. Kami tiba di Kota Pelaihari, dan saat itu hari sudah hampir sore. Kami mampir di warung es nyiur di tepi jalan untuk istirahat, kemudian lanjut lagi.

Tidak jauh dari Kota Pelaihari, kami sampai di depan pintu masuk utama menuju Bukit Rimpi, di sini cukup ramai, dan banyak terparkir motor. Namun berdasarkan saran dari Bang Yudis, kami terus menuju pintu masuk kedua karena menurutnya, di sana hanya perlu bayar satu kali, yaitu buat parkir, sedangkan di pintu masuk utama tadi harus bayar dua kali, satu untuk parkir, dan satu untuk masuk.
Setiba di depan pintu masuk kedua, setelah menembus jalan setapak naik-turun, kami memang diminta bayar untuk parkir, 5 ribu rupiah, dan harus bayar di awal. Dan tidak seperti perkiraan, saat akan memasuki lokasi ternyata diminta bayar lagi, 4 ribu rupiah perorang. Memasuki Bukit Rimpi, kami takjub bukan main, bukan oleh pemandangannya, tapi oleh banyaknya orangnya!
Ini tidak seperti yang kubayangkan, di sini benar-benar sangat ramai, bersaing dengan Duta Mall. Dan yang lebih mengecewakan ialah rumput-rumput hijaunya yang karena terlalu sering diinjak, menjadi agak gundul, meninggalkan warna coklat tanah. Pemandangan tersebut jauh berbeda dengan dua bulan sebelumnya, saat Bang Yudis pertama ke sana dan memamerkan fotonya. Tapi tak apa, kami cukup senang, dibuktikan dengan seringnya kami berfoto ria di sana dengan senyum yang mengembang.


Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies) - Pelaihari, Tanah Laut

Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies) - Pelaihari, Tanah Laut

Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies) - Pelaihari, Tanah Laut

Bukit Rimpi (Bukit Teletubbies) - Pelaihari, Tanah Laut

Sampai pukul enam sore, barulah kami turun. Sebelum pulang ke Banjarmasin, kami mampir di rumah Kak Rita untuk istirahat dan mandi, kemudian meneruskan perjalalan pulang, singgah di daerah Bati-bati untuk makan malam. []


17 comments:

  1. Mantap ternyata, itu bukit udah dari dulu, apa baru aja.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. kira siapa pake nama orang ganteng, ternyata Iezul!
      kira-kira udah dari dulu zul, mulai bumi diciptakan sudah ada kayaknya.

      Delete
  2. Sayang kalo nggak ikutan lomba ini, ayo kawan ramaikan wisata Kalsel.
    Info lengkap di link :
    http://bit.ly/1N75xuK

    ReplyDelete
  3. Jalan disana bagaimana ,apakah bisa masukk bus pariwisata ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalau ke bukit rimpi bisa, soalnya di pinggir jalan utama. nah kalau ke bukit lintang kayaknya gak bisa mbak. soalnya masuk ke perkebunan sawit.

      Delete
  4. Ulun handak jua ke sini, tapi jauh pinanya ih, kada kawa membawa kekanakan hiks

    ReplyDelete
    Replies
    1. amun yang ke bukit rimpi parak aja, kawa ja pian membawai kekanakan.

      Delete
  5. sebelum labirin kah ssudah labirin bukit teletubbies nih ?

    ReplyDelete
  6. kalo dari labirin jauhlah . .

    ReplyDelete
  7. kalau dari labirin berapa jam lagi sampainya? terus apakah sekarang bukitnya masih bagus dan hijau..?? dan juga masih layak untuk menjadi referensi tempat wisata.., #mohon_sarannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. dari labirin dekat mas. paling gk nyampe 1 jam.
      kalau bukit lintang aku yakin masih hijau mas. soalnya yg diinjak cuma jalan setapaknya aja biasanya. nah kalau bukit rimpi, aku kurang yakin, soalnya udah lama gk kesana. tapi dari foto temen2 di instagram, sepertinya sdh menghijau lagi. jadi, masih layak kok jadi referensi wisata.

      Delete