Tuesday, July 26, 2011
Banjarbaru-Marabahan
Jalan pulang lebih panjang
Di sini musim tak mau berganti
Kami lahir, lalu mati
Sawah kami terbakar darah
Sawah kami tak juga berbuah
Jagaku tergopoh, ke hutan yang kosong
Ingin hujan lekas bertamu: aku rindu
Sepasang sepatu
Masih mengecap peluhku
Bagaimana dengan tanah dan lumpur yang menuakan kita?
Ada yang bergemeletuk
Ada langkah tersaruk
Lampu kota dinyalakan
Kugilas busuk di lembaran-lembaran koran
Aku keluar rumah
Ada pekat
Ada suara menyalak
Di lazuardi, batas kota semakin samar…
Mandastana, 17 Juli 2011
(Dimuat di harian Media Kalimantan, edisi Sabtu, 23 Juli 2011 dan dibukukan dalam antologi Puisi Teriakan Bisu)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Berbicara mengenai destinasi wisata Kalsel , maka saya pikir Kotabaru adalah jawaban terbaik. Begitu banyaknya tempat-tempat yang memukau ma...
-
Aku berusia 32 tahun sedangkan dia 18... Jika kau berpikiran seperti itu maka akan terkesan konyol. Aku baru berusia 32 tahun, sementara...
-
Kemarin postingan saya berjudul "Jihad Luar Biasa" masuk koran Banjarmasin Post. Sebenarnya postingan itu postingan lama, dan se...
No comments:
Post a Comment