Wednesday, September 15, 2010

Piano


teriakan bisu

Biar waktu lebur sebagai debu
menganak sungai dan bekas rumah dari kertas
angin sore, menulis diary tentang kekasih
cuma radio dan kata
kita kan berjumpa juga
habis malam, habis kabut
menderu di atas aspal
Al fatihah sampai habis Yasin
suara kita sesak, tersengal dalam cerpen
kau menjudulinya Piano


(Puisi ini dimuat di harian Media Kalimantan, edisi Minggu, 3 April 2011 dan dibukukan dalam antologi puisi Teriakan Bisu)

18 comments:

  1. Wew. . . .puisi tingkat tinggi....(orang awan nyata kd paham),,tp kdd jua pang yang mengharuskan supaya paham..haa, ,

    ReplyDelete
  2. Bujur tu, kdd jw yg manyuruh paham, haha. . .
    Tapi mun soal tingkat tinggi, q kd stuju am, q kan masih pemula. . .

    ReplyDelete
  3. Wayoo. . .'pemula' jar (kesah mrendah pulang)hha..t'efek nah. . .hii,

    ReplyDelete
  4. ahaiii radio...??
    mending dengerin aku pas siaran aja... :))

    ReplyDelete
  5. Puisinya Piano, tapi koq sampai Yasin segala ya, bingung mau memahami puisinya.

    ReplyDelete
  6. Gak usah dipahami.... hoho

    ReplyDelete
  7. Ya terserah donk...

    ReplyDelete
  8. Puisi kadang memang sulit dipahami, bagusnya ya pas sulit dipahami itu

    ReplyDelete