Friday, May 7, 2010

Perempuan yang Memburu Hujan

p y m h
Air sungai yang surut memperlihatkan kak-kaki kurus rumah kayu. Satu dua ‘kelotok’ bergerak pelan, suara mesinnya yang memekakkan telinga beradu dengan lantunan ayat-ayat suci yang menyeruak dari corong-corong pengeras suara masjid dan surau. Melengkapi parade senja kuning itu, ‘jukung-jukung’ dikayuh menyisir, melewati orang-orang mandi di batang atau mengambil wudhu untuk sembahyang. ‘Jukung-jukung’ itu biasanya baru kembali dari Pasar Terapung di muara Sungai Barito, tempat bertemunya sungai-sungai kecil yang membelah kota Banjarmasin, pun Sungai Martapura yang berada di jantung kota bergelar Kota Seribu Sungai ini— akh..., gelar yang terlalu berlebihan, karena banyak sungai kecil yang tidak lagi mengalir karena tersumbat sampah, ‘ilung’, atau bangunan yang didirikan sesuka-sukanya hingga menutup sungai yang lantas tercekik, lalu mati. (kutipan cerpen ‘Senja Kuning Sungai Martapura’ karya Sandi Firly)

Saat ini, penulis-penulis Kal-Sel sudah mulai 'merangkak' ke permukaan. Buku-buku sastra karya penulis banua pun sekarang sudah berjumlah puluhan buah. Sastrawan-sastrawan Kal-Sel itu sendiri rata-rata mempercayakan Tahura Media sebagai penerbit buku-buku karya mereka. Karena memang, lembaga sekaligus penerbit yang berlokasi di Jl. Sultan Adam No. 46 C, Banjarmasin ini didirikan untuk mangayomi para penulis banua dalam menerbitkan buku mereka.

Perempuan yang Memburu Hujan, adalah salah satu buku kumpulan cerpen yang diterbitkan oleh Tahura Media. Buku kumpulan cerpen dengan 160 halaman ini berisi 14 cerpen berkualitas nan kritis karya Harie Insani Putra dan Sandi Firly, dua sastrawan Kal-Sel yang aktif dan produktif.

Tujuh cerpen karya Harie IP dalam buku ini ialah: Chantika dan Bola Matanya, Gadis Kecil yang Tersihir, Jempol Kaki Ibu Ada di Televisi, Rahasia Sedih Tak Bersebab, Seseorang dari Jauh, Tersebab Hujan, dan Wanita yang Melukai Tubuhmu dengan Pisau. Tujuh cerpen sisanya ialah cerpen karya Sandi Firly, yaitu: Bulan Belah Semangka, Perempuan yang Memburu Hujan, Jerit Ranjang di Kamar No. 9, Kematian yang Terlalu Pagi, Menunggu HP berderit, Senja Kuning Sungai Martapura, dan Tubuh dan Kepala Mencari Rupa.
Dengan hadirnya buku 'cerita dua lelaki' ini, jelas membuktikan bahwa penulis banua juga tidak kalah dengan penulis luar.[]

9 comments:

  1. Salam kenal, aku urang banjar jua, kalo handak menerbitkan kumcer berapa biayanya?

    ReplyDelete
  2. Ujar tu 5 jutaan...
    Tu kalonya kita saurang yang mengelola (penjualan dsb)
    Tapi mun handak murah (gratis) kirim ke penerbit, kalo penerbit mau menerbitkan kita dapat persentase dari hasil penjualan (tapi kecil).
    Di mana rumah mba?

    ReplyDelete
  3. sieep ......, terus menulis dan semangat ....

    ReplyDelete
  4. Mantab! Bukunya dijual di bjm aja kah bos? mun di jogja, kira-kira kamana mancari?

    ReplyDelete
  5. Ternyata Banjatmasin memiliki penulis2 handal yang tidak aku tahu sebelumnya, dan menjadi tahu setelah membaca tulisan ini

    ReplyDelete
  6. Wah, kada tahu ana mun di Jogja.

    ReplyDelete
  7. Nah, makanya, jangan ketnggalan info.

    ReplyDelete
  8. dmn ad bejual neh buku??hndk nah...hehhe

    ReplyDelete