Friday, January 29, 2010

Dimensi

Sesaat aku kembali ke dimensi-dimensi waktu yang lampau, di tempat-tempat yang berbeda, dengan kultur budaya yang beraneka ragam.
Napasku sesak. Aku berada di tengah lautan. Tiba-tiba seekor ikan paus menuju ke arahku. Aku takut dan cepat-cepat berenang, menjauh dari bahaya ikan raksasa itu.
"DDDHHHHAAAAAAARRRRR....!!!!!!!!!!!!"
Lautan itu hilang, dan aku sekarang barada di tengah peperangan. Aku sekarang ialah seorang pejuang yang berperang melawan Belanda.
"DDDHHHHAAAAAAARRRRR....!!!!!!!!!!!!"

Suara meriam kembali terdengar.
"Woy..., cepat lari! jangan di sana!" kata seseorang dengan ikat kepala berwarna merah putih. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari ke tempat yang mungkin aman.
Aku masuk ke sebuah rumah khas Banjar, rumah bubungan tinggi. Di dalamnya, ukiran-ukiran di kayu ulin dengan motif kaligrafi menghiasi ruangan itu.
Aku lalu ke belakang, dan tiba-tiba aku terjatuh. Dan kini aku terduduk di atas rumah lanting. Hidup dan beraktifitas di atas sungai.
Tidak lama, aku kemudian terlempar dan berada di tempat orang-orang yang sedang basalamatan. Demi menghilangkan penasaranku, kutanya pada orang tua di sampingku yang memakai kupiah jangang. Oh, ternyata ada yang basunatan. Memang benar, aku mendengar seorang anak menjerit histeris.
Aneh, suasana seketika berubah. Dan di hadapanku ialah orang-orang yang sedang mengurus jenazah. Di sudut ruangan, kulihat Al Qur'an Muqaddam bertumpuk di atas rihal.
Belum sempat aku ikut shalat kifayah, aku sudah berada di Majelis Ta'lim Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau membacakan kitab Sabilal Muhtadin yang merupakan karangan beliau sendiri.
Hah! Suasana berganti lagi. Aku kini berada di daerah Tapin. Aku di dalam Mesjid. Anehnya, bergantungan ayunan bayi yang berhias-hias di dalam mesjid ini. Sedangkan orang-orang sedang merayakan Maulid Nabi.
Secepat kilat, aku merasakan tubuhku menjadi kecil, layaknya waktu kelas 4 SD. Dan aku tengah membantu julak Igan manitik parang. Aku mengompa udara agar panas tetap stabil.
Baru sebentar, aku dewasa kembali. Ah, tidak, aku bahkan jadi lebih tua. Aku memakai baju pengantin, sedang di sampingku seorang wanita yang sungguh cantik, juga memakai pakaian pengantin. Istriku kah dia? Dia lalu tersenyum kepadaku. Ah.... Indah....
Oh, tidak! Itu cuma sebentar. Kini aku sudah semakin tua. Aku berada di daerah rawa-rawa. Mungkin di Nagara. Aku harus maarak hadangan-hadanganku agar masuk ke kandang karena sekarang sudah sore.
Tubuh dan pakaianku masih basah. Namun hadangan-hadangan dan padang rawa itu hilang. Di tanganku malah ada sebuah rinjing yang fungsinya bukan lagi untuk memasak, tapi untuk memilah-milah karangan yang mungkin saja ada intan di antaranya.
Hari kembali siang. Orang-orang ramai berkerumun. Begitu kudekati, ternyata mereka sedang melihat permaina adu gasing.
Aku tidak lama di sana, karena kulihat di tempat lain ada pertunjukan yang sepertinya lebih menarik. Wah, ternyata ada tari topeng.
"Zian! Turun yu....! Buhannya sudah di bawah"
Suara dari seorang teman blogger itu mengejutkanku sekaligus menarikku kembali ke tempat asalku.
Aku kemudian mengikutinya menuruni tangga dari sebuah bangunan bernama Museum Lambung Mangkurat.
Kapan-kapan, aku harus mengajak keluargaku ke sini, pikirku.[]

24 Januari 2010

21 comments:

  1. katanya wisata blogger
    kok fotonya cuma satu :P

    ReplyDelete
  2. Museum Lambung Mangkurat? Wih, saya jarang jalan-jalan ke Museum. Iya, sayang fotonya cuma ada satu...

    ReplyDelete
  3. wah kok malah kaya cerita pinokio...

    ReplyDelete
  4. theme baru zyan? hehhhe udah ga item lagi ya :)

    bangunannya unik ya , bundo mau juga diajak zyan ke sana.

    ReplyDelete
  5. @ anno
    kebanyakan nanti loadingnya lama
    @ isnuansa
    nah, berarti mulai sekarang harus rajin, biar lebih kenal budaya kita.
    @ sauskecap
    hah? Pinokio?
    @ nakjaDimande
    oke, nanti bundo saya ajak.
    @ pelintas batas
    seru dong...
    @ Edelweis
    silakan.

    ReplyDelete
  6. @ didtav
    salam kenal juga. Tapi saya baru 18 tahun ya, jadi nggak pantas dipanggil bapak.

    ReplyDelete
  7. Sakali-kali pang ke Abad IV ... rami tu pang

    ReplyDelete
  8. @ Ersis Warmansyah Abbas
    Wah, kada kawa membayangkan mun kaitu.

    ReplyDelete
  9. kada sempat tedampar di museum lukisan solihin rupanya... lain kali mampir ke sana, siapa tahu sempat betakun wan sidin perihal sao paulo semasa bersama (pelukis) affandi dan kusnadi.

    ReplyDelete
  10. @ hajriansyah
    kena ai wayah-wayah. Pabila kah.

    ReplyDelete
  11. hmm. seruu...museum skg sudah jrg dkunjungi sprtinya

    salam:)

    _www.assyafakita.blogspot.com

    ReplyDelete
  12. hari ini saia berkunjung k 'rumah2' blogger...dan mendapatkan 3 blog yang memposting museum ini...
    jadi penasaran....

    ReplyDelete
  13. @ assyafa anasta
    Makanya, dari sekarang harus rajin-rajin ke Museum
    @ shafrida
    Oh ya?
    @ cHie
    Haha... Ada lomba soalnya, dan saya kalah, hiks...

    ReplyDelete
  14. Ih, . Lcu. . He. . Cntik ya pngantin x. He. .

    ReplyDelete
  15. Kamu aja ya yg jadi mempelai perempuannya?

    ReplyDelete
  16. He. . Kk lcu. . Hti2, ntar yg blm kmbali sma kk mrh. .

    ReplyDelete