Kawan, ini cerita yang tidak penting. Jadi kau tak perlu mengikuti cerita ini.
Sewaktu jadi santri dulu, aku punya teman yang luar biasa sibuk. Sebut saja namanya Jani. Pramuka, perkumpulan santri Banjarmasin, IKPPF, dan banyak lagi. Saking sibuknya, sampai-sampai kawan-kawan memanggilnya isytigal, tak terkecuali aku. Tapi ia cuek, atau mungkin bangga dengan sebutan itu. Jani kadang benar-benar sibuk, tapi kadang bisa juga hanya sok sibuk. Mungkin baginya itu ‘gaya’. Kami sendiri, tak jarang menjadikan Jani sebagai olok-olokkan, dan sering mengejeknya. Dan Jani, tetap tak peduli.
Sementara aku, adalah kebalikan dari Jani. Hari-hariku banyak kuhabiskan untuk tidur, dan sesekali bercanda bersama ‘anak buah’ di asrama. Meski aku juga anggota IKPPF, tapi aku jarang sekali ikut gotong royong bila ada pekerjaan. Sudah banyak yang melakukannya, lagipula aku tak terlalu diperlukan, pikirku. Selain tidur, terkadang aku juga mandi bila diperlukan.
Kawan, sekarang lihatlah bagaimana aku saat ini. Seperti mendapat karma, siang malam aku kuliah dari Senin sampai Jumat. Sabtu siang meluncur ke Martapura, mengambil stok-stok buku untuk dijual. Sorenya di Banjarbaru mengikuti diskusi Sindikat Pemburu Hujan. Malamnya kadang menginap di rumah Bang Harie. Di sana biasanya belajar menulis cerpen yang baik, membantu hal-hal yang berhubungan dengan penerbitan Mingguraya PRESS yang beliau kelola, atau melakukan hal-hal yang berhubungan dengan komunitas Kayuh Baimbai. Dari Bang Harie, kadang aku juga membawa tambahan-tambahan buku untuk dijual di Toko Buku online milikku.
Pagi Ahad pulang ke rumah Kakak di Handil Bakti. Tanpa istirahat, segera meluncur lagi ke Mesjid Sabilal Muhtadin mengikuti pertemuan Forum Lingkar Pena. Sesudah itu, aku akan berkutat di hadapan laptop sambil mengutuki koneksi modem yang lelet minta ampun. Mencari-cari postingan anggota Kayuh Baimbai yang layak muat. Hari itu naskah untuk halaman Media Blogger di koran Media Kalimantan yang tanggung jawabnya diserahkan padaku harus sudah dikirim, untuk dimuat pada hari Selasa.
Sore Ahad, aku harus memacu lagi motor bututku ke Taman Budaya buat latihan teater bersama grup teater Rufaidah. Mendengar sutradara yang marah-marah karena gerakanku yang kacau, atau naskah yang belum juga kuhapal, padahal aku mendapat tokoh utama. Latihan itu biasanya sampai magrib, tapi tak jarang sampai malam.
Malam Senin, aku harus memeriksa email-email di kotak masuk Komunitas Penakita. Bila ada anggota yang mengirim cerpen, aku harus memeriksanya, meneliti kekurangan apa saja pada cerpen tersebut, menuliskan komentarnya, mempostingnya di grup fb, lalu menyuruh si penulis memperbaiki lagi dan mengirimnya ke koran. Anggota yang malas kadang meminta aku yang mengirimkannya.
Keesokan paginya, aku megap-megap karena kesiangan bangun. Sampai di kampus kembali megap-megap karena baru tahu ada tugas, dan besok harus dikumpul. Sialnya dosen di kampusku itu pintar-pintar. Tugas harus ditulis tangan, sehingga tidak mungkin mencopas, dan mau tidak mau pasti dibaca!
Dari jam 8.00 sampai 14.45 tanpa istirahat mendengarkan dosen ngoceh ini-itu. Dengan perut kerontong aku ke rumah saudara di Handil Bakti. Shalat. Makan. Mandi. Menukar isi tas dengan buku-buku jualan, lalu bergegas mengantar pesanan-pesanan buku. Biasanya ke IAIN.
Selesai. Aku pulang, ke Marabahan, karena malam tidak ada jadwal kuliah. Tapi buru-buru aku mengerem. Sebuah sms dari ketua kelas masuk saat aku hampir sampai rumah. “Maaf kawan-kawan, malam ini dosen xxxxx masuk jam 19.00.” Motor pun putar arah.
***
Getar ponsel membuatku terbangun. Kubuka sms yang masuk. Isinya soal pemesanan buku. Di depan kulihat dosen masih semangat menjelaskan. Aku lalu melanjutkan tidur.
Pulang kuliah malam, aku kelelahan. Hampir tertidur, tapi tidak bisa karena orangtua yang ngomel-ngomel. Tiba-tiba teringat dengan tugas yang harus ditulis tangan itu. Dengan malas mengambil polpen dan kertas folio. Lalu berkutat dengan bahasa-bahasa semacam Vena Cava Superior, Sektum, nutrisi, riwayat sakit, fisiologis, sistole, dan sebagainya, dan sebagainya.
Aku terbangun lagi dengan tugas yang ternyata belum selesai. Shalat. Mandi. Makan. Gosok gigi. Berangkat. Mampir di salah satu kios buat beli koran hasil kerjaku dua hari sebelumnya. Di kampus aku buru-buru mengerjakan tugas yang belum selesai, hingga selesai. Dan plang! Ternyata dosen yang bersangkutan tidak masuk.
Aku pulang, tidak ke rumah, cuma ke Handil Bakti. Menyalakan laptop, melanjutkan cerpenku yang belum juga selesai. Pikiranku buntu. Laptop kumatikan. Begitu sudah mati, tiba-tiba kuhidupkan lagi karena tiba-tiba ingin menulis lagi. Bukan melanjutkan cerpen, tapi menulis berita untuk website Jurnalisme Warga Kayuh Baimbai (kayuhbaimbai.org) sebagai kesetiaanku pada komunitas. Tapi saat mencolok modem, dan koneksi sudah tersambung, niat menulis berita itu buyar karena asik fesbukan. Saat asik-asiknya, muncul peringatan baterai lemah. Sialnya, charger tertinggal di rumah di Marabahan. Laptop pun kumatikan, lalu membaca novel (yang tak selesai-selesai).
Satu bab membaca, aku bosan. Kemudian meraih naskah teater dan menghapalnya. Jam setengah dua siang, aku ke warung Cendana makan siang. Lalu ke kampus lagi. Aku hampir menabrak orang yang menyeberang jalan karena pikiran yang tak konsen. Orang itu mengumpat. Di kelas, kawan-kawan ribut soal tugas. Rupanya siang ini dikumpul. Aku tenang-tenang saja, karena sudah mengerjakannya. Tapi aku segera gelagapan saat membuka tas dan mengetahui rupanya tugas tadi tertinggal di Handil Bakti. Aku pasrah.
Hari-hariku terus berlanjut. Tugas dan kesibukan semakin menumpuk. Menyiapkan materi karena diminta jadi pembicara dalam seminar interner di SMPN 5 Banjarmasin, Belitung. Jualan buku. Ke sawah. Bikin cover buku. Menulis berita. Memposting. Minjam buku. Mengembalikan buku. Mencuci pakaian. Mengedit cerpen. Menjaga keponakan. Pementasan. Nonton film. Bangun kesiangan…. Aku kelelahan!
***
Di sela-sela hariku yang penuh kesibukan, kadang aku melamun di kamarku yang jendelanya kubuka sambil memandangi langit malam yang gelap. Aku merasakan, dalam kesibukan itu, ternyata hidupku benar-benar kesepian.[]
Sewaktu jadi santri dulu, aku punya teman yang luar biasa sibuk. Sebut saja namanya Jani. Pramuka, perkumpulan santri Banjarmasin, IKPPF, dan banyak lagi. Saking sibuknya, sampai-sampai kawan-kawan memanggilnya isytigal, tak terkecuali aku. Tapi ia cuek, atau mungkin bangga dengan sebutan itu. Jani kadang benar-benar sibuk, tapi kadang bisa juga hanya sok sibuk. Mungkin baginya itu ‘gaya’. Kami sendiri, tak jarang menjadikan Jani sebagai olok-olokkan, dan sering mengejeknya. Dan Jani, tetap tak peduli.
Sementara aku, adalah kebalikan dari Jani. Hari-hariku banyak kuhabiskan untuk tidur, dan sesekali bercanda bersama ‘anak buah’ di asrama. Meski aku juga anggota IKPPF, tapi aku jarang sekali ikut gotong royong bila ada pekerjaan. Sudah banyak yang melakukannya, lagipula aku tak terlalu diperlukan, pikirku. Selain tidur, terkadang aku juga mandi bila diperlukan.
Kawan, sekarang lihatlah bagaimana aku saat ini. Seperti mendapat karma, siang malam aku kuliah dari Senin sampai Jumat. Sabtu siang meluncur ke Martapura, mengambil stok-stok buku untuk dijual. Sorenya di Banjarbaru mengikuti diskusi Sindikat Pemburu Hujan. Malamnya kadang menginap di rumah Bang Harie. Di sana biasanya belajar menulis cerpen yang baik, membantu hal-hal yang berhubungan dengan penerbitan Mingguraya PRESS yang beliau kelola, atau melakukan hal-hal yang berhubungan dengan komunitas Kayuh Baimbai. Dari Bang Harie, kadang aku juga membawa tambahan-tambahan buku untuk dijual di Toko Buku online milikku.
Pagi Ahad pulang ke rumah Kakak di Handil Bakti. Tanpa istirahat, segera meluncur lagi ke Mesjid Sabilal Muhtadin mengikuti pertemuan Forum Lingkar Pena. Sesudah itu, aku akan berkutat di hadapan laptop sambil mengutuki koneksi modem yang lelet minta ampun. Mencari-cari postingan anggota Kayuh Baimbai yang layak muat. Hari itu naskah untuk halaman Media Blogger di koran Media Kalimantan yang tanggung jawabnya diserahkan padaku harus sudah dikirim, untuk dimuat pada hari Selasa.
Sore Ahad, aku harus memacu lagi motor bututku ke Taman Budaya buat latihan teater bersama grup teater Rufaidah. Mendengar sutradara yang marah-marah karena gerakanku yang kacau, atau naskah yang belum juga kuhapal, padahal aku mendapat tokoh utama. Latihan itu biasanya sampai magrib, tapi tak jarang sampai malam.
Malam Senin, aku harus memeriksa email-email di kotak masuk Komunitas Penakita. Bila ada anggota yang mengirim cerpen, aku harus memeriksanya, meneliti kekurangan apa saja pada cerpen tersebut, menuliskan komentarnya, mempostingnya di grup fb, lalu menyuruh si penulis memperbaiki lagi dan mengirimnya ke koran. Anggota yang malas kadang meminta aku yang mengirimkannya.
Keesokan paginya, aku megap-megap karena kesiangan bangun. Sampai di kampus kembali megap-megap karena baru tahu ada tugas, dan besok harus dikumpul. Sialnya dosen di kampusku itu pintar-pintar. Tugas harus ditulis tangan, sehingga tidak mungkin mencopas, dan mau tidak mau pasti dibaca!
Dari jam 8.00 sampai 14.45 tanpa istirahat mendengarkan dosen ngoceh ini-itu. Dengan perut kerontong aku ke rumah saudara di Handil Bakti. Shalat. Makan. Mandi. Menukar isi tas dengan buku-buku jualan, lalu bergegas mengantar pesanan-pesanan buku. Biasanya ke IAIN.
Selesai. Aku pulang, ke Marabahan, karena malam tidak ada jadwal kuliah. Tapi buru-buru aku mengerem. Sebuah sms dari ketua kelas masuk saat aku hampir sampai rumah. “Maaf kawan-kawan, malam ini dosen xxxxx masuk jam 19.00.” Motor pun putar arah.
***
Getar ponsel membuatku terbangun. Kubuka sms yang masuk. Isinya soal pemesanan buku. Di depan kulihat dosen masih semangat menjelaskan. Aku lalu melanjutkan tidur.
Pulang kuliah malam, aku kelelahan. Hampir tertidur, tapi tidak bisa karena orangtua yang ngomel-ngomel. Tiba-tiba teringat dengan tugas yang harus ditulis tangan itu. Dengan malas mengambil polpen dan kertas folio. Lalu berkutat dengan bahasa-bahasa semacam Vena Cava Superior, Sektum, nutrisi, riwayat sakit, fisiologis, sistole, dan sebagainya, dan sebagainya.
Aku terbangun lagi dengan tugas yang ternyata belum selesai. Shalat. Mandi. Makan. Gosok gigi. Berangkat. Mampir di salah satu kios buat beli koran hasil kerjaku dua hari sebelumnya. Di kampus aku buru-buru mengerjakan tugas yang belum selesai, hingga selesai. Dan plang! Ternyata dosen yang bersangkutan tidak masuk.
Aku pulang, tidak ke rumah, cuma ke Handil Bakti. Menyalakan laptop, melanjutkan cerpenku yang belum juga selesai. Pikiranku buntu. Laptop kumatikan. Begitu sudah mati, tiba-tiba kuhidupkan lagi karena tiba-tiba ingin menulis lagi. Bukan melanjutkan cerpen, tapi menulis berita untuk website Jurnalisme Warga Kayuh Baimbai (kayuhbaimbai.org) sebagai kesetiaanku pada komunitas. Tapi saat mencolok modem, dan koneksi sudah tersambung, niat menulis berita itu buyar karena asik fesbukan. Saat asik-asiknya, muncul peringatan baterai lemah. Sialnya, charger tertinggal di rumah di Marabahan. Laptop pun kumatikan, lalu membaca novel (yang tak selesai-selesai).
Satu bab membaca, aku bosan. Kemudian meraih naskah teater dan menghapalnya. Jam setengah dua siang, aku ke warung Cendana makan siang. Lalu ke kampus lagi. Aku hampir menabrak orang yang menyeberang jalan karena pikiran yang tak konsen. Orang itu mengumpat. Di kelas, kawan-kawan ribut soal tugas. Rupanya siang ini dikumpul. Aku tenang-tenang saja, karena sudah mengerjakannya. Tapi aku segera gelagapan saat membuka tas dan mengetahui rupanya tugas tadi tertinggal di Handil Bakti. Aku pasrah.
Hari-hariku terus berlanjut. Tugas dan kesibukan semakin menumpuk. Menyiapkan materi karena diminta jadi pembicara dalam seminar interner di SMPN 5 Banjarmasin, Belitung. Jualan buku. Ke sawah. Bikin cover buku. Menulis berita. Memposting. Minjam buku. Mengembalikan buku. Mencuci pakaian. Mengedit cerpen. Menjaga keponakan. Pementasan. Nonton film. Bangun kesiangan…. Aku kelelahan!
***
Di sela-sela hariku yang penuh kesibukan, kadang aku melamun di kamarku yang jendelanya kubuka sambil memandangi langit malam yang gelap. Aku merasakan, dalam kesibukan itu, ternyata hidupku benar-benar kesepian.[]
nikmati aja #plakkk ^^V
ReplyDeleteqm ni ky puny dunia sorang... ky 'berusaha di atas usaha org lain'
niat kan ibadah, Insya Allah barokah. #maaf sok bijak :D
Kada paham aku nah.
ReplyDeleteWaaahhhh...ceritanya luar biasa! :D
ReplyDeleteKusarankan kam kd usah melamun or merenungi kesibukan,,akhirnya sadar akan "kesepian"..haa*wani bnr mmberi saran
yahh yah...
ReplyDeletedipaham2.kan aja lah~
hmmmm aku tau itu kesepian apa.......gkgkgk waktu kopdar semalam kah....nang lewat baju habang semalam kah......atau kada sempat kenalan nang itu kah....gkgkgk cinderelamu pasti datang...gkgkgk :D
ReplyDeleteJadi harusnya kypa cil?
ReplyDelete2011/11/30,
Aku ni babarang ja zul ai. Asal ada nang mangawani malam2 ja. :)
ReplyDelete2011/11/30,
sibuk itu menyenangkan
ReplyDeletenikmati saja :)
Belajar menikmati. . :)
ReplyDelete2011/11/30,
enjoy aja bos, pasti ada hikmahnya suatu saat nanti
ReplyDelete*buat biografi kan keren tuh =D
oiya, ada PR nih buat pian :
http://arohmanpanji.wordpress.com/2011/12/01/the-voel-my-legend/
hahaha... emangnya hidup buat biografi ya :)
ReplyDeleteaslinya mun kada tahan tebengkalai kaya aku ni nah... lalu kdd yang digawi hahahah
ReplyDeleteHehe. . . Sama ja tu. Tp hlmn media blogger prioritas.
ReplyDeletesaya juga suka melihat hamparan bintang di langit saat kesepian...rasanya di temani dan berbagi rasa sepigt :)
ReplyDeleteitulah bedanya kita mas
Apanya yg beda? :D
ReplyDeletemelamun itu seru ya..apalgi kalau dimalam hari. tenang. Selalu membuat kita merenungi apa yang kita telah lakukan, salah atau tidak :)
ReplyDeletesaat2 seperti ini aku rasakan dimasa SMA... sekarang dah kuliah malah mrasa gk enak, mrasa lebih santai bosen juga...
ReplyDeletewah super sibuk..
ReplyDelete(dulu) aku juga pernah kek gitu,
dan istirahat sejenak seperti cocok biar otak bisa fresh, :)
Cerita yang menyedihkan xg dbarengan dgn ktktan xg bsa membwt jntng slalu duk ..duk..he,tp ad jga xg mneyenangkan x thu spyan brata,an apkah it?..he;-;-
ReplyDeleteyaitu untgx bkan aq xg mengalami he..he..subhallah shrusx aq brsyukur.
Jadi intinya walaupun sibuk tapi jangan melupakan para sahabat dan keluarga.. biar gak kesepian :)
ReplyDeletekalu ai nangapakah.....inda malam malam ma ungut?
ReplyDeleteapakah jua?
ReplyDeleteHarusnya kah.........harusnya Qm nikmati z terus kesibukan Qm tu..kd usah direnungi bnr Julak'ai.. :D
ReplyDeletehm, tidak bertanggung jawab dg kata-katanya...
ReplyDeleteyup, benar sekali.
ReplyDeleteenak yg santai ternyata, kalo menurut saya. hehe
ReplyDeleteya, rencananya mau "istirahat" dari teater dan FLP.
ReplyDeletekawan menderita kahimungan inya.... payah...
ReplyDeletehmmm,,,, betul betul..
ReplyDeletesambil bahira di batang.... hehe
ReplyDeleteapanya om saprie?
ReplyDeletehaiii...salam kenal yaa..melamun tuh enak lho....:P
ReplyDeleteakayah...mun mangawani malam2 tu lain am kisah, bisa mandi wajib basusubuhan tu........tapi bisa jua pang kucing nang mangawani, tapi normal haja kalo ikam...gkgkgkgkgk :D
ReplyDeletegila.... sambatnya aku kada normal...
ReplyDeletesalam kenal juga...
ReplyDeleteiya, enak. hihihi
segala sesuatu yang kita kerjakan akan terasa ringan jika kita menikmati pekerjaan itu...
ReplyDeletetetapi sewaktu waktu mesti refreshing juga tuh mas... :)
Yah, sepertinya begitu mbak. .
ReplyDelete