"Sauuuuudara...!"
biola menyayat
mangkubumi telah berhkianat
apalah makna permadani hijau yang membentang
segala maka harus tepat di sidang
antara harapan pertama kedua juga
baladonmu tak jadi doa
tongkatmu lepas begitu saja
tombakmu tak bisa tusuk apa-apa
hanya ratu dan putri meregang luka
khadam-diang rebah makan tanah
panglima perang tak pernah kalah
ikutlah menari-nyanyi duhai wazir
nasehatmu tadi kata terakhir...
raja kita raja kafir!
"Bujur banar.... Tarusakannnn!"
namun lampu pentas telah mati
Marabahan, Juli 2011
(Puisi ini dimuat di harian Radar Banjarmasin, Minggu, 9 Oktober 2011 dan dibukukan dalam Cinta Bahalap: Antologi Puisi Penyair Batola Tahun 2013)
Comments
Post a Comment